Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan konsekuensi dari pembentukan perusahaan induk (
holding) badan usaha milik negara (BUMN) sektor energi, maka saham negara pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) akan dialihkan kepada PT Pertamina (Persero).
"Kajian tinggal prosesnya, saya kira tidak akan memakan waktu yang lama. Jadi saham negara di PGN diberikan ke Pertamina," ujar Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Edwin Hidayat Abdullah di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut Edwin, penggabungan PGN ke Pertamina masih harus menunggu pembahasan pembentukan holding BUMN selesai. Kementerian BUMN menargetkan pembahasan tersebut bisa selesai dalam dua bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah sendiri saat ini menguasai 56,96 persen saham PGN, sisanya sebesar 43,04 persen saham dikuasai publik. Setelah saham PGN yang dikuasai pemerintah diberikan ke Pertamina, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta sisa saham yang dikuasai publik dibeli kembali (
buyback). Dengan begitu, Pertamina akan menguasai penuh PGN.
Hari Purnomo, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan salah satu cara mensinergi pembangunan infrastruktur gas adalah dengan membentuk holding BUMN energi yang menggabungkan PGN dengan Pertamina.
“Jadi, digabung berada dalam satu
holding. Ke depan bisa saja saham swasta di PGN di
buy back,” katanya.
PGN pada 2016-2019 berencana menambah jaringan pipa gas baik transmisi maupun distribusinya sepanjang lebih dari 1.680 kilometer (km). Infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun sepanjang lebih dari 1.680 km tersebut di antaranya adalah proyek pipa transmisi
open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi
open access Muara Bekasi-Semarang, pipa Distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya.
Dengan tambahan pipa gas sepanjang lebih dari 1.680 km tersebut, akan membuat jumlah pipa gas bumi PGN yang saat ini sebanyak 6.986 km, pada 2019 nanti menjadi lebih dari 8.660 km. Jumlah ini akan meningkatkan kemampuan penyaluran gas PGN mencapai 1.902 MMSCFD.
Sementara itu, bisnis gas yang dijalankan Pertamina saat ini tak lepas dari kontribusi empat anak usaha di sektor eksplorasi dan produksi, yaitu PT Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina EP Cepu, dan PT Pertamina Internasional EP (PIEP).
Dari tiga anak usaha di dalam negeri, Pertamina memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari. Gas yang diproduksi anak usaha Pertamina, sebagian langsung disalurkan melalui pipa oleh PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha Pertamina di sektor distribusi dan transmisi gas, ke konsumen. Jaringan pipa transmisi open acces Pertamina saat ini mencapai 2.200 km.
Dampak PositifKomaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan penggabungan PGN ke Pertamina akan memberikan dampak positif, tidak hanya untuk konsumen gas, namun juga bagi kinerja kedua perusahaan.
"Dengan penggabungan dan integrasi infrastruktur gas, seharusnya harga gas untuk konsumen akan lebih murah," tegas Komaidi.
Pelaku usaha yang tergabung dalam Forum Industri Pengguna Gas Bumi Indonesia hingga saat ini masih mengeluhkan tingginya harga gas, sehingga menyulitkan untuk berkompetisi. Padahal, gas berkontribusi 40-50 persen terhadap total biaya produksi.
Data Forum Industri Pengguna Gas menyebutkan, harga gas bumi untuk industri di Malaysia sebesar US$3,69 per MMBTU dan US$3,94 per MMBTU di Singapura. Sementara itu, di Indonesia harga gas bumi untuk industri mencapai US$8,29 per MMBTU di Jawa Timur, dan sekitar US$7 per MMBTU di Jawa Barat.
“Jika PGN digabungkan ke Pertamina diharapkan infrastruktur pengembangannya akan lebih baik. Selain itu, harga gas juga diharapkan bisa lebih murah,” ujar Ketua Forum Industri Pengguna Gas Alam Ahmad Safiun.
(gen)