United Tractors Berutang US$3,2 Miliar demi Pembangkit Jepara

CNN Indonesia
Senin, 25 Apr 2016 18:14 WIB
Dana tersebut mengambil porsi 80 persen dari total investasi pembangunan PLTU Tanjung Jati unit 5 dan 6 sebesar US$4 miliar.
Direktur Utama United Tractors Gidion Hasan mengatakan lini bisnis pembangkit listrik kini tengah dipertimbangkan perusahaan mengingat kontribusi pendapatan dari penjualan alat berat dan pertambangan sedang lesu. (CNN Indonesia/Galih Gumelar).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT United Tractors Tbk siap melakukan pencairan dana (financial closing) proyek pembangkit listrik berkapasitas 2x1.000 Megawatt (MW) yang berlokasi di Jepara, Jawa Tengah pada Juli mendatang. Jika financial closing selesai, perusahaan akan segera melakukan konstruksi yang diperkirakan rampung 2020 mendatang.

Direktur Keuangan United Tractors Iwan Hadiantoro mengatakan perusahaan beserta mitra-mitra proyek ini akan mencairkan pinjaman sebesar US$3,2 miliar demi proyek ini. Ia mengatakan, dana tersebut mengambil porsi 80 persen dari total investasi sebesar US$4 miliar.

"Itu sesuai dengan kesepakatan awal kami dengan mitra-mitra proyek, yaitu Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co. Inc, bahwa 20 persen pendanaan berasal dari uang patungan dan sisa 80 persen akan dicarikan dari pinjaman," jelas Iwan di Jakarta, Senin (25/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, sebanyak US$1,6 miliar atau 50 persen dari pinjaman tersebut akan disediakan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan 50 persen sisanya akan digelontorkan oleh enam konsorsium bank asing. Iwan berujar, empat dari bank tersebut berasal dari Jepang dan dua bank lainnya berasal dari Perancis.

"Tapi saya belum bisa disclose nama-nama banknya apa saja. Nanti saja tunggu financial closing," ujarnya.

Sementara itu, perusahaan sendiri akan menyediakan dana sebesar US$200 juta atau 25 persen dari total dana patungan anggota konsorsium sebesar US$800 juta. Porsi terbesar disumbang oleh Sumitomo Corporation dengan jumlah US$400 juta sedangkan Kansai Electric menyumbang US$200 juta.

"Itu sama dengan kepemilikan di joint venture ini, dan di dalamnya kami tidak akan konsolidasikan revenue, hanya net income saja," terangnya.

Sebagai informasi, proyek yang diberi nama Tanjung Jati B unit 5 dan 6 ini merupakan perpanjangan dari pekerjaan milik Sumitomo sebelumnya, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B unit 1 hingga 4. Perusahaan telah melakukan perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero) pada akhir Desember lalu.

Selain proyek Tanjung Jati, perusahaan pun menyatakan tengah mengurus kontrak PPA dengan PLN untuk pembelian listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mini berkapasitas 0,45 MW di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Namun, pelaksanaan itu dikatakan masih menunggu persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) karena masalah perubahan penggunaan air irigasi.

"Tapi pada dasarnya, bulan Februari lalu seluruh perizinan sudah tuntas, dan kini sedang mengurus kontrak dengan PLN. Transaksi sudah berjalan, kami harap secepatnya selesai," jelas Direktur United Tractors Edhie Sarwono di lokasi yang sama.

Bisnis Pembangkit Listrik

Sementara Direktur Utama United Tractors Gidion Hasan mengatakan lini bisnis pembangkit listrik kini tengah dipertimbangkan perusahaan mengingat kontribusi pendapatan dari penjualan alat berat dan pertambangan sedang lesu. Kendati demikian, perusahaan masih belum terlalu ekspansif dan akan terus cari peluang yang ada.

"Kalau kami belum ada target mau kejar berapa MW. Tapi memang kami tetarik cari proyek baru di power plant," jelasnya.

Sebagai informasi, perusahaan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp49,34 triliun atau turun 7,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp53,14 triliun.

Dari angka tersebut, penjualan alat berat sendiri terbilang turun menjadi Rp11,77 triliun dari Rp13,09 triliun. Sementara itu, penjualan batubara perusahaan juga melorot dari Rp4,66 triliun ke angka Rp3,81 triliun.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER