Proyek LNG Pertamina dan Grup Kalla Terganjal Desain Proyek

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 29 Apr 2016 17:59 WIB
PT Bumi Sarana Migas, anak usaha Grup Kalla yang menjadi mitra Pertamina belum menuntaskan rancangan desain proyek terminal LNG di Bojonegara, Banten.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto saat Meresmikan Rumah Seni Sawinggrai, Papua Barat, Jumat (29/4). (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Raja Ampat, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menyatakan pembangunan terminal penerima gas alam cair (LNG) di Bojonegara, Banten belum bisa dilakukan dan masih perlu waktu panjang. Pasalnya, PT Bumi Sarana Migas (BMS), anak usaha Grup Kalla yang menjadi mitranya belum menuntaskan rancangan desain proyek.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan BMS belum memulai rancangan desain yang dibutuhkan sehingga sampai saat ini Pertamina juga belum melakukan persiapan apapun. Kewenangan itu, ujarnya, sesuai dengan kesepakatan awal, di mana Pertamina membangun kilang dan mitranya menyediakan lahan dan infrastruktur pendukung.

"Sekarang masih dalam proses karena itu juga belum dimulai juga proyeknya. Mereka juga tentu dalam masalah desain juga belum dimulai jadi masih cukup panjang prosesnya," jelas Dwi ditemui di Raja Ampat, Jumat (29/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, Dwi menegaskan Pertamina tak mau mundur dari proyek ini karena saat ini terjadi defisit gas di wilayah Jawa Barat. Proyek terminal LNG ini semakin krusial karena sebagian besar aktifitas industri di Indonesia terpusat di Jawa Barat.

Pertamina memperkirakan defisit gas di Jawa Barat akan semakin membengkak jika tak segera dicarikan solusinya. Apabila pada 2013 defisit gas di Jawa Barat sebesar 349 satndar kaki kubik per hari (MMSCFD), maka pada 2020 diprediksi akan melebar menjadi 753 MMSCFD.

"Kami semua tahu bahwa Jawa, khususnya Jawa Barat, akan membutuhkan gas cukup besar dan lebih besar lagi ke depannya. Jika tak ditangani, maka Jabar akan menjadi importir untuk LNG," tuturnya.

Dwi Soetjipto berharap setelah studi bersama selesai, biaya pemanfaatan terminal LNG bisa lebih murah sehingga harga jualnya menjadi lebih efisien. Sebagai pembanding, Pertamina menjadikan terminal penerima LNG di Arun, Aceh sebagai tolok ukur (benchmark).

"Sekarang ini kami gunakan floating terminal yang onshore yang kami miliki di Arun. Itu nanti pembanding yang bisa jadi komparasi, sejauh mana biaya yang bisa kami setujui untuk pemanfaatan," ujarnya. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER