Jakarta, CNN Indonesia -- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk berencana menerbitkan surat utang (obligasi) berkelanjutan hingga Rp5 triliun untuk merestrukturiasi utang.
Direktur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso mengatakan perusahaan telah menyampaikan rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi berdenominasi rupiah tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Meski mengaku belum menerima pernyataan efektif dari OJK, manajemen telah mendaftarkan rencana tersebut ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai penerbitan awal Rp1 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Nantinya penerbitan obligasi ini akan kami gunakan untuk
refinancing pinjaman,” ujarnya di Jakarta, kemarin.
Di sisi lain, Helmy menyatakan manajemen belum memutuskan pinjaman darimana yang akan direstrukturisasi. Pasalnya, ia mengaku emiten penyewaan menara milik Grup Saratoga tidak memiliki utang jatuh tempo di tahun ini.
“Kami lihat kondisi pasar dalam 12 bulan mendatang. Kami tidak ada utang jatuh tempo untuk tahun ini. Sebagian besar saat ini menggunakan kas internal,” jelasnya.
Ia menambahkan jika dana internal tidak cukup, perseroan bisa memakai fasilitas pinjaman siaga yang sudah ada senilai US$250 juta. Saldo pinjaman itu merupakan sisa pinjaman sindikasi US$675 juta yang jatuh tempo pada 2020.
Sebelum mengumumkan rencana penerbitan obligasi rupiah, Tower Bersama juga berencana meramaikan pasar surat utang berdenominasi dolar. Melalui anak usahanya, yakni TBG Global Pte. Ltd., perusahaan berencana menerbitkan surat utang senilai maksimal US$500 juta dengan kupon maksimal 8 persen.
Dana hasil penerbitan notes akan dipakai untuk keperluan investasi dalam bentuk pemberian pinjaman dan penyertaan modal pada anak usaha yang dimiliki penuh, yakni Tower Bersama Singapore Pte Ltd (TBS). Selanjutnya, TBS akan memberikan fasilitas pinjaman antarperusahaan kepada TBIG.
"Kami akan mengeluarkan obligasi rupiah dulu, baru menerbitkan notes. Kemungkian besar notes tidak kami terbitkan tahun ini," kata Helmy.