Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) optimistis neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan surplus pada akhir tahun meski pada tiga bulan pertama mengalami defisit US$287 juta. Tahun lalu, NPI defisit sebesar US$1,1 miliar, anjlok jika dibandingkan posisi 2014 yang surplus US$15,2 miliar.
"Neraca pembayaran (kuartal I 2016) terjadi sedikit negatif
overall tapi secara tahunan, tahun 2016 diperkirakan akan positif ," ujar Gubernur BI Agus D.W. Mardojo di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (13/5).
Sayangnya, Mantan Menteri Keuangan itu tidak mengungkapkan dari mana asal surplus NPI pad atahun ini. Ia justru lebih menjelaskan alasan efisit NPI pada kuartal I 2016, yang disebutnya akibat surplus transaksi modal dan financial (TMF) yang turun dan tidak cukum untuk menambal defisit transaksi berjalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tercatat, surplus TMF turun dari US$9,8 miliar pada kuartal IV 2015 menjadi US$4,2 miliar. Akibatnya suplus tersebut tidak mampu menutup defisit transaksi berjalan (TB) yang sebesar US$4,7 miliar.
Secara terpisah, Direktur Departemen Statistik BI Endy Dwi Tjahjono menambahkan kinerja positif NPI tahun ini juga didukung oleh adanya ekspektasi perekonomian yang membaik dan meningkatnya permintaan aset domestik.
Selain itu, lanjutnya, meskipun pada kuartal lalu surplus TMF menurun, tetapi arus modal masuk masih ada. Penurunan surplus lebih disebabkan oleh anjloknya investasi lain-lain, yaitu utang yang dibayarkan sektor swasta lebih besar dibandingkan penarikan utangnya.
BI mencatat, investasi lain-lain pada kuartal I 2016 mengalami defisit sebesar US$2,35 miliar. Padahal, pada kuartal IV 2015, investasi lain-lain masih mencetak surplus US$2,48 miliar.
Sementara itu, investasi langsung sepanjang Januari-Maret 2016 tercatat sebesar US$2,21 miliar, turun dari kuartal sebelumnya US$2,77 miliar. Begitu juga, investasi portofolio kuartal lalu tercatat sebesar US$4,41 miliar atau turun dari kuartal IV 2015, US$4,87 miliar.
Lebih lanjut, Endy memperkirakan neraca pembayaran kuartal II bisa mencatatkan surplus seiring dengan makin menggeliatnya perekonomian .
BI juga memprediksi TMF pada kuartal II akan lebih baik karena penarikan utang akan lebih besar dibandingkan pembayaran seperti pola-pola sebelumnya. Hal itu juga diiringi dengan peningkatan performa investasi langsung dan portofolio.
“Di kuartal II itu kegiatan ekonominya sudah banyak yang jalan. Berdasarkan survey kegiatan dunia usaha kita, itu menunjukkan kuartal II 2016 sektor industri pengolahan itu sudah mulai ekspansi. Kuartal I itu (industri pengolahan) masih kontraksi,” ujar Endy.
(ags/gen)