Kondisi Eksternal Masih Rentan, BI Pertahankan Bunga Acuan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 19 Mei 2016 19:01 WIB
Bank Indonesia (BI) mempertahankan tingkat acuan suku bunga BI rate di level 6,75 persen dan bunga acuan reverse repo 7 hari tetap 5,5 persen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia menggelar konferensi pers terkait kebijakan penguatan rupiah, Jakarta, Rabu (30/9). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mempertahankan tingkat acuan suku bunga BI rate di level 6,75 persen dan bunga acuan reverse repo 7 hari tetap 5,5 persen.

Keputusan itu merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada pada 18-19 Mei 2016. Selain itu, RDG juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga depocit facility sebesar 4,75 persen dan lending facility sebesar 7,25 persen.

"Keputusan berlaku efektif mulai besok 20 Mei 2016," ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo dalam konferensi pers di Gedung Thamrin BI, Kamis (19/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Agus, keputusan RDG tersebut sejalan dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi, yang tercermin dari terkendalinya inflasi di kisaran sasaran 4 persen plus/minus 1 persen dan membaiknya defisit transaksi berjalan. Selain itu, relatif stabiilnya nilai tukar rupiah juga turut menjadi pertimbangan  bank sentral.

Agus menilai, transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan semakin baik, demikian pula dengan persiapan implementasi reformulasi suku bunga acuan. Dia mengatakan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka akan dapat dimanfaatkan lebih awal jika stabilitas makroekonomi tetap terjaga.

Sementara dari eksternal, Mantan Menteri Keuangan itu menjelaskan, BI juga memperhatikan perkembangan ekonomi global yang diperkirakan tumbuh lebih lambat pada tahun ini.

Menurutnya, pemulihan ekonomi AS masih belum solid, yang diindikasikan oleh melemahnya konsumsi dan beberapa indikator ketenagakerjaan, serta masih rendahnya inflasi. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong The Fed untuk menyesuaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) secara hati-hati.

Sejalan dengan itu, lanjut Agus, pertumbuhan ekonomi Eropa juga masih terbatas dan dibayangi isu keluarnya INggris dari Uni Eropa (Brexit). Sementara itu, perekonomian Jepang masih terus tertekan.

"Kondisi tersebut mendorong berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju, termasuk melalui penerapan suku bunga negatif," katanya.

Di sisi lain, tambah Agus, ekonomi Tiongkok mulai membaik meskipun masih berisiko, ditopang oleh sektor konstruksi dan real estate. Di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan tetap rendah akibat tingginya pasokan di tengah permintaan yang masih lemah.

"Namun, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, seperti CPO, timah, dan karet," tandasnya. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER