Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menilai ketakutan bersaing dan kompetisi menjadi penghambat Indonesia dalam menghasilkan pengusaha-pengusaha handal. Rendahnya persentase jumlah pengusaha di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara dinilai sebagai buktinya.
"Kenapa baru 1,6 persen (warga negara Indonesia) yang jadi pengusaha? Di negara lain lingkup ASEAN lebih dari empat persen. Ketakutan bersaing dan berkompetisi," kata Jokowi seperti dilansir dari keterangan tertulis Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana, Senin (23/5).
Menurut Jokowi, kata Ari, rendahnya daya saing saat memulai usaha dan saat menemui permasalahan juga menjadi faktor penghambat lahirnya pengusaha-pengusaha baru di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu disampikan presiden saat membuka acara Jambore Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Perguruan Tinggi Se-ASEAN di Telkom University Convention Hall, Bandung.
Jokowi mengatakan, saat ini dunia bergerak tanpa batas karena kemajuan teknologi. Rantai pasok bahan baku produk dan jasa semakin mudah didapatkan masyarakat. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) juga sudah berlangsung sejak Januari 2016.
Karenanya, ia mengimbau pengusaha di Indonesia untuk membuka diri, berani bertarung dan berkompetisi dengan pengusaha lainnya. Pengusaha mebel ini mengaku sempat mengalami kegagalan hingga tiga kali.
"Jika ingin menjadi pengusaha, jangan mikir dulu. Terjun dan jalani," ucap dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, keterbukaan dan berani berkompetisi bakal memaksa masyarakat terutama pengusaha memperbaiki diri dan mengejar ketinggalan dari negara-negara lain.
Dia mencontohkan kondisi Pertamina saat 1970-1980, SPBU kumuh, petugas tidak berseragam. Setelah diberi pesaing, kata Jokowi, pelayanan menjadi lebih bagus. Hal serupa juga dilakukan maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Menurutnya, kondisi Garuda semakin membaik ketika mendapatkan saingan dan berani bersaing. Kini, maskapai nasional itu masuk lima besar brand penerbangan paling baik se-Asia pada 2016.
Bank BUMN ketika 1970-an, ucap Jokowi, hanya beroperasi hingga sekitar pukul 13.00-14.00 setiap harinya. Namun, pelayanan bank BUMN semakin membaik ketika bank asing dan swasta mulai muncul dan masuk ke Indonesia.
"Bank pemerintah menjadi bagus pelayanan, laba tahunannya meningkat, sistem IT bisa bersaing dengan swasta," tuturnya.
(ags/gen)