Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen semen, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berencana melakukan ekspor ke Bangladesh dan Srilanka tahun ini, setelah melakukan ekspor ke Australia. Perseroan masih belum yakin dengan pasar domestik karena rendahnya realisasi proyek pemerintah dan semakin ketatnya persaingan usaha.
Direktur Keuangan Holcim Indonesia Mark Schmidt menyatakan, meski memang berniat mengekspor semen ke dua negara tersebut, ia mengaku belum bisa menyebutkan volume penjualan yang akan dikirim.
"Kami belum bisa sebutkan volume penjualannya, tapi kami akan melakukan optimalisasi produk agar bisa diterima di pasar ekspor," tuturnya di Jakarta pada Kamis (26/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Direktur Penjualan Holcim Indonesia Dion Sumedi menyatakan, pertumbuhan pasar saat ini tidak sesuai yang diharapkan. Menurutnya kondisi pasar begitu menantang karena permintaan yang belum jelas.
"Karena dari proyek infrastruktur pemerintah belum terealisasikan sepenuhnya di lapangan. Proyek-proyek itu masih dalam perencanaan atau dananya yang masih belum turun," ujarnya.
Selain itu, dana desa juga belum keluar, sehingga program 1 juta rumah juga belum banyak terealisasi. Tidak hanya itu, tantangan lainnya adalah jumlah kompetitor perusahaan yang sekarang semakin banyak.
"Dulu 2012 hanya sembilan pemain, sekarang 19 pemain," katanya.
Namun, jika dilihat berdasarkan kinerja Holcim pada kuartal 1 2016, performa peseroan terbilang cukup baik. Holcim mencatatkan p
ertumbuhan laba bersih sebesar 104,83 persen menjadi Rp66,98 miliar di triwulan I 2016, dari Rp32,70 miliar di periode yang sama 2015.
Lonjakan laba bersih itu ditopang pendapatan Holcim yang meningkat 24,24 persen
dari Rp1,98 triliun di kuartal I 2015 menjadi Rp2,46 triliun di periode yang sama tahun ini. Namun, Dion menyatakan kinerja positif pada kuartal I tahun ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya, karena adanya sisa penjualan dari tahun lalu. "Walaupun awal tahun ini dimulai dengan baik, tapi itu karena
carry over tahun lalu. Jadi penjualan akan tergantung dari realisasi proyek pemerintah, apakah nanti
spending-nya akan lebih cepat, jadi susah memberikan kepastian," ungkapnya.
(gir)