Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 12 persen pada tahun ini, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata industri perbankan yang diprediksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sekitar 14 persen.
Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengaku tidak ingin memasang target pertumbuhan kredit yang terlampau ambisius pada tahun ini mengingat masih lemahnya penyaluran kredit perseroan pada kuartal I.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, penyaluran kredit bank pelat merah itu hanya tumbuh 8,7 persen atau lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Perseroan menganggap pelemahan ekonomi global yang berdampak pada ekonomi domestik menjadi penghambat penyaluran kreditnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Range OJK 12-14 persen memang masih masuk akal, tapi kalau untuk kami mungkin masih di
range bawah itu," kata Kartika, Senin (30/5).
Pria yang akrab disapa Tiko ini optimistis penyaluran kredit Bank Mandiri baru akan mengalami kenaikkan signifkan pada kuartal III 2016 seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah. Intinya, ia meyakini pertumbuhan kredit tetap akan terjaga pada tahun ini meski dengan kecepatan yang lambat.
"Kami duga di kuartal III akan lebih naik, karena ada dampak belanja pemerintah. Tahun lalu kan belanja pemerintah baru kencang di kuartal IV, tahun ini harusnya kuartal III lah," kata Tiko.
Pada kesempatan lain, Ahmad Siddiq Badrudin, Direktur Manajamen Risiko dan Kepatuhan Bank Mandiri menyambut positif rencana Bank Indonesia melonggarkan kebijakan makroprudensial. Ia meyakini pertumbuhan kredit perbankan bisa lebih tinggi jika nantinya BI sepakat melonggarkan rasio nilai kredit terhadap agunan (
Loan to Value/LTV) dan batasan rasio pinjaman terhadap dana perbankan (
Loan to Funding/LFR).
"Cuma mungkin efeknya akan lebih besar lagi kalau ekonomi atau pertumbuhan PDB nya sudah pulih sehingga ada efek penggandanya (
multiplier effect)," kata Ahmad.
(ags)