Jakarta, CNN Indonesia -- Kerjasama yang dibuat PT Pertamina (Persero) dengan OJSC Rosneft Oil Company asal Rusia tidak hanya terbatas pada pengembangan kapasitas produksi kilang Tuban di Jawa Timur. Namun juga bakal menambah produksi minyak Indonesia sebesar 35 ribu barel per hari (bph).
Dalam kesepakatan dengan Rosneft, Pertamina akan mendapatkan hak atas minyak sebesar 35 ribu bph yang berasal dari berbagai ladang minyak kelolaan perusahaan tersebut di luar negeri.
Pertamina sendiri sudah membidik dua blok migas di Rusia yang akan menjadi sumber minyak mentah baru hasil kerja sama dengan Rosneft.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diharapkan tambahan produksi tersebut bisa menambah rata-rata produksi minyak perseroan yang sampai kuartal I 2016 tercatat sebesar 305 ribu bph, naik 14 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar 267 ribu bph.
Selain itu, Pertamina juga berpotensi mendapat tambahan cadangan sebesar 200 juta barel dari Rosneft sebagai bagian kesepakatan proyek pembangunan kilang Tuban yang ditandatangani pekan lalu.
Sammy Hamzah, Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) menilai langkah Pertamina menggandeng Rosneft tidak hanya menguntungkan perusahaan semata. Namun juga menguntungkan penerimaan negara.
"Pertamina bisa mendapatkan peluang yang memperkuat bisnis melalui
trade off, saya kira itu sangat bagus," kata Sammy, Rabu (1/6).
Ahmad Widjaja, Ketua Koordinator Gas Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengatakan, proyek pembangunan kilang Tuban dengan perusahaan Rusia akan mengurangi ketergantungan Indonesia akan minyak dari Timur Tengah.
"Keputusan ini harus di pastikan sebuah keputusan politik dan menghasilkan komersialisasi buat industri ke depan. Agar industri hulu ke industri hilir benar-benar mendapat bahan baku yang bisa mengurangi impor," ungkapnya.
Selain memproduksi BBM dalam bentuk bensin dan solar yang mencapai 75-80 persen, kilang Tuban juga akan memproduksi bahan baku petrokimia sebesar 20-25 persen dari total kapasitas kilang yang mencapai 320 ribu bph.
Percepat KonstruksiFadel Muhammad, Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menambahkan Pertamina perlu mempercepat pengembangan kilang Tuban untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.
Saat ini kebutuhan BBM nasional adalah 1,57 juta bph, sementara kapasitas kilang saat ini hanya mampu memproduksi BBM sebesar 850 ribu bph yang selisihnya dipenuhi dengan impor.
Pertamina menargetkan studi pembentukan perusahaan patungan (
joint venture) dengan Rosneft untuk membangun kilang Tuban bisa tuntas pada tahun ini. Hal ini untuk mempercepat pembangunan kilang hingga bisa beroperasi pada 2021 dari target awal pada 2022.
“
Time frame-nya memang 2022 selesai. Tapi Presiden Joko Widodo dan Presiden Rusia juga sudah melakukan pembicaraan untuk percepatan pembangunan. Pertamina dan Rosneft sepakat ingin
study persiapan
joint venture bisa rampung 2016, lalu 2017 bisa selesai
engineering,
groundbreaking pada 2018, dan 2021 sudah
on stream,” kata Dwi Sutjipto, Direktur Utama Pertamina.
(gen)