Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kembali gagal menetapkan kuota produksi minyak dalam pertemuan di Wina, pada Kamis (2/6).
Seorang pejabat OPEC mengatakan setelah menggelar pertemuan selama empat jam, para menteri perminyakkan OPEC gagal membatasi produksi minyak. Ini adalah kali kedua OPEC gagal menentukan batas produksi minyak setelah pertemuan musim dingin lalu.
Iran masih berkeras untuk meningkatkan produksi minyaknya hingga mencapai level di era sebelum terkena sanksi embargo. Adapun kapasitas produksi iran sebelum terkena sanksi embargo sekitar 14,5 persen dari produksi minyak OPEC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, produksi minyak Iran sebesar 3,56 juta barel per hari (bph), mendekati produksi sebelum sanksi 3,7 juta barel per hari.
"Tanpa membatasi kuota produksi, OPEC tidak bisa mengendalikan apa-apa," ujar Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh seperti dikutip dari Antara, Jumat 93/6).
Sementara itu, negara-negara produsen minyak lainnya punya pendapat yang berbeda mengani batas produksi ideal versi masing-masing.
Kalangan analis mengatakan, Arab Saudi sebagai produsen minyak terkemuka di OPEC tampaknya akan melanjutkan kebijakan strategi harga minyak rendah.
Total produksi minyak negara-negara anggota OPEC saat ini sekitar 32,5 juta bph, atau 2,5 juta barel lebih tinggi dari pagu yang ditetapkan pada pertemuan musim panas lalu di Wina.
Dengan demikian, sejak pertemuan OPEC terakhir pada Desember 2015, harga minyak mentah telah meningkat lebih dari 80 persen. "Ini merupakan bukti, fakta bahwa pasar sedang bergerak melalui proses penyeimbangan," kata OPEC dalam siaran persnya.
OPEC percaya pertumbuhan permintaan tetap relatif sehat setelah mempertimbangkan tantangan dan perkembangan ekonomi baru-baru ini. Dalam situasi seperti itu, kesepakatan produksi akan menjadi sulit bagi OPEC dan juga untuk produsen-produsen minyak non-OPEC.
Jason Schenker, presiden dan kepala ekonom dari perusahaan riset pasar Prestige Economics, mengatakan strategi OPEC dan harga minyak rendah telah mempengaruhi produksi minyak AS. Hal itu juga membuat banyak perusahaan memangkas jumlah pekerja seiring dengan tergerusnya laba.
Dalam pertemuan OPEC kemarin, Mohammed Sanusi Barkindo dari Nigeria diangkat sebagai sekretaris jenderal baru OPEC dan akan mulai menjabat pada 1 Agustus 2016. OPEC rencnanaya akan kembali menggelar pertemuan di Wina pada 30 November 2016.
(ags)