Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan proyek kabel listrik bertegangan tinggi bawah laut bagi jaringan listrik Jawa-Sumatera (
High Voltage Direct Current/HVDC) akan dibuat dua arah, yaitu Jawa - Sumatera dan Sumatera - Jawa. Tidak hanya itu, proyek ini juga akan dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016 hingga 2025.
Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, keputusan itu bisa mejadi solusi terbaik bagi surplus listrik di kedua pulau terbesar di Indonesia tersebut. Sekadar informasi, di RUPTL sebelumnya, proyek HVDC direncanakan berjalan satu arah, yakni menyambungkan listrik dari pulau Sumatera ke Jawa.
"HVDC adalah jalur yang bisa digunakan untuk saling memasok, interkoneksi yang bukan satu arah. Jika Jawa surplus, bisa dipasok ke Sumatera. Sebaliknya, kalau Sumatera surplus bisa dipasok ke Jawa. Jadi, gunanya untuk menstabilkan," jelas Sudirman, Senin (6/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, pembangunan HVDC ini penting dilakukan, agar investasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumatera Selatan 8 bisa segera direalisasikan. Pasalnya, PLTU ini baru akan dikerjakan investor jika PT PLN (Persero) memberi kepastian melalui penerbitan
Letter of Interest (LoI), sebagai pertanda keselarasan proyek ini dengan isi RUPTL.
PLTU Sumsel 8 yang berkapasitas 2x600 Megawatt (MW) ini rencananya akan dikerjakan oleh PT Huadian Bukit Asam yang merupakan anak perusahaan PT Bukit Asam Tbk.
"Kalau HVDC bisa masuk, PLTU Sumsel 8 hingga 9 dan 10 bisa masuk juga," terang dia.
Dengan keputusan ini, ia memastikan, proyek HVDC tetap akan diikutsertakan dalam revisi RUPTL. Meski demikian, ia tak menyebut kapan tepatnya RUPTL tersebut cepat diteken oleh pemerintah.
"Proyek HVDC tetap masuk ke dalam RUPTL dan akan dikoreksi sesuai kebutuhan nasional," ujarnya.
Sebelumnya Sofyan Basyir, Direktur Utama PLN masih mempertanyakan urgensi proyek HVDC berdaya 500 kilovolt (kv) di dalam RUPTL. Ia menganggap, proyek tersebut tak lagi relevan dengan kondisi saat ini.
Pada perencanaan awal di tahun 2007, tadinya HVDC dibangun untuk menyalurkan listrik dari Sumatera ke Jawa sebagai antisipasi kelebihan beban jaringan listrik di Pulau Jawa. Namun, menurut Sofyan, saat ini, regional Sumatera dianggap lebih membutuhkan jaringan listrik dibandingkan Jawa.
"Kami harap (proyek HVDC) ini disesuaikan dengan kondisi saat ini. Dulu kan 11 tahun yang lalu, kondisi perekonomian Sumatera saat ini seperti apa kan kami belum tahu. Padahal hari ini jaringan listrik Sumatera belum terintegrasi," jelas Sofyan pekan lalu.
Menurut data PLN pada April lalu, beban puncak di Sumatera bagian utara mencapai 1.940 MW. Sedangkan, Sumatera bagian tengah dan selatan tercatat sebesar 3.013 MW. Sehingga, total beban puncak secara keseluruhan bisa mencapai lima ribu MW.
Di samping itu, pemerintah akan membangun pembangkit berkapasitas 8.722 MW dan transmisi sepanjang 19.305 kilometer-sirkuit (kms) di Sumatera sebagai bagian dari megaproyek 35 ribu MW. Hingga kuartal I 2016, realisasi program ini sebesar 32,6 MW, atau 0,4 persen dari target yang diharapkan tercapai tahun 2019.
(bir/gen)