Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) menolak permintaan ExxonMobil Indonesia untuk menambah kuota produksi, dari 185 ribu barel per hari menjadi 200 ribu barel per hari. SKK Migas menegaskan maksimal produksi yang boleh dilakukan oleh perusahaan minyak AS ini tetap 185 ribu barel per hari (bph)
Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengatakan ExxonMobil telah mengirim surat penambahan produksi kepada SKK Migas dan diputuskan menolak permohonan tersebut. Penolakan itu disampaikan secara tertulis oleh SKK Migas melalui surat balasan yang dikirim balik ke Exxon pada pekan ini.
Amien menuturkan, banyak alasan yang mendasari penolakan penambahan produksi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu karena perhitungan estimasi cadangan yang tersisa dan pengurangan masa puncak produksi. Ada juga perhitungan fasilitasnya dan juga masalah gas buang (
flare gas) kalau ada penambahan produksi," jelas Amien ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (8/6).
Apalagi di dalam data SKK Migas, kata Amien, realisasi lifting ExxonMobil di Cepu hanya 148,9 ribu bph atau lebih rendah dri yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar 161,1 ribu barel per hari. Sementara di dalam Rancangan APBN Perubahan 2016, lifting Blok Cepu yang dikelola Exxon sedikit dinaikkan menjadi 163,9 ribu bph.
Dengan kata lain, SKK Migas juga tidak akan merevisi produksi blok Cepu ke angka 200 ribu bph pada revisi Work Program and Budget (WP&B) di tahun 2015. Namun, revisi WP&B tetap akan dilakukan mengingat Pemerintah menurunkan asumsi lifting di RAPBNP 2016 dari 830 ribu barel per hari ke angka 810 ribu barel per hari.
"Revisi WP&B itu sudah mulai dari 6 Juni yang lalu. Sekarang masih jalan dan belum selesai, nanti selesai kira-kira tanggal 22 atau 23 Juni mendatang," jelas Amien.
Menanggapi ucapan Amien, Kepala Komunikasi Publik Kementerian ESDM, Sujatmiko mengatakan instansinya menghargai keputusan SKK Migas dalam menyikapi permintaan kenaikan produksi ExxonMobil di blok Cepu.
Walaupun menurutnya, asumsi lifting minyak di RAPBNP 2016 sebetulnya bisa lebih besar dari 810 ribu jika penambahan produksi Cepu diperbolehkan.
"Pada prinsipnya, kami mengikuti apa kebijakan SKK Migas karena mereka pasti ada hitungan dan kajiannya. Memang secara psikologis, target Cepu 200 ribu barel akan mendorong capaian lifting nasional, tapi kami yakin SKK Migas punya pertimbangan lain," ujarnya di Kementerian ESDM, Jumat (10/6).
Sebelumnya, ExxonMobil mengatakan produksi minyak perusahaan di Blok Cepu bisa melebihi target WP&B tahun ini karena cadangan yang berasal dari pengeboran yang telah dilakukan, terlihat ada kemungkinan untuk penambahan produksi. Dalam melakukan hal ini, ExxonMobil mengatakan tidak perlu menambah belanja modal (capital expenditure).
"Tapi kalau jadi menambah produksi, otomatis waktu produksi lebih cepat, ya nanti umurnya lebih pendek. Tapi dengan adanya penambahan penemuan cadangan baru ini, maka harusnya masa produksi kami tidak akan semakin pendek," jelas Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil, Erwin Maryoto bulan lalu.
(ags/gen)