Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) berharap pelonggaran kebijakan makroprudensial, dengan menurunkan persentase uang muka pembiayaan properti dari 20 persen menjadi 15 persen, mampu meredam perlambatan penyaluran kredit tahun ini.
Juda Agung, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI menuturkan, pertumbuhan kredit tahun ini kemungkinan masih akan tertahan oleh pelemahan daya beli atau konsumsi masyarakat. Karenanya, BI merevisi turun target pertumbuhan kredit tahun ini menjadi 10-12 persen dari proyeksi sebelumnya 12-14 persen.
"Pertumbuhan kredit secara total berada di range 10-12 persen, dari yang sekarang ini baru 8 persen" kata Juda di kantornya, Kamis (16/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk meredam perlambatan kredit, lanjut Juda, bank sentral berinisiatif untuk merelaksasi aturan rasio pembiayaan terhadap nilai aset, yakni
Loan to Value (LTV) dan
Fincaning to Value (FTV), khusus ntuk kredit perumahan. Melalui kebijakan itu pula, BI berharap mampu meningkatkan permintaan domestik dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, Juda Agung mengatakan, penurunan BI rate sebesar 75 basis poin sejak awal tahun, yang berimbas pada penurunan bunga kredit dan deposito, juga diharapkan memberikan dorongan positif terhadap penyaluran kredit perbankan.
"LTV ini yang akan lebih banyak mendorong permintaan properti karena sektor properti itu akan memimpin pemulihan ekonomi kita maka diharapkan punya dampak ke sektor-sektor lain," kata Juda.
BI Rate Turun LagiMenurut Juda, tidak menutup kemungkinan BI rate kembali diturunkan menjelang penerapan BI 7-day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan moneter baru pada Agustus mendatang. Pasalnya, inflasi saat ini masih terkendali.
Hanya saja, jelasnya, saat ini BI perlu melihat likuiditas dan pertumbuhan ekonomi hingga setelah lebaran.
"Masih akomodatif. Kita akan terus lihat dari sisi likuiditas dan pertumbuhan ekonomi," kata Juda.
Saat ini, tambah Yuda, nilai tukar Rupiah dan inflasi cukup stabil. Untuk itu, BI memiliki ruang untuk menurunkan BI Rate dengan syarat nilai tukar Rupiah tetap stabil.
"Inflasi masih terkendali ya. Nanti kita lihat," tutupnya.
(ags)