Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina EP Cepu (PEPC) membuat kesepakatan baru dengan PT Pupuk Kujang terkait alokasi gas dari sumur alternatif di Blok Cepu, menyusul berlarut-larutnya kesepakatan harga gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru.
Direktur Utama PEPC, Ardiansyah mengatakan, Pupuk Kujang telah sepakat untuk menerima alokasi gas dari pengembangan lapangan-lapangan baru di Blok Cepu. Selain karena masalah harga gas yang tak menemui titik temu, mundurnya operasional pabrik Cikampek membuat Pupuk Kujang bersedia menerima pasokan gas selain dari lapangan Jambaran-Tiung Biru.
Menurutnya, proyek pabrik pupuk Cikampek mengalami keteralmabatan produksi dari jadwal seharusnya. Sementara kondisi lapangan Jambaran-Tiung Biru baru akan
onstream pada 2019 sehingga akan ada jeda waktu untuk mengalirkan gas dari kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tawarkan kemudian, kalau tidak sanggup serap tahun 2019 apakah mau dapat gas dari pengembangan lapangan baru? Mereka oke saja," ujar Ardiansyah ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (23/6).
Ia menambahkan, Pupuk Kujang rencananya akan menunda operasional pabrik Cikampek pada tahun 2021, sesuai dengan jadwal
onstream lapangan gas yang dimaksud. Kendati demikian, ia tak menyebut volume produksi gas dari pengembangan lapangan baru tersebut.
"Meski alokasi gas nantinya bukan dari Jambaran-Tiung Biru, yang jelas alokasi untuk pupuk masih sama yaitu 81 MMSCFD," jelasnya.
Kendati demikian, Adriansyah mengatakan perusahaan tetap melakukan upaya optimasi harga gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru, dan akan menawarkan kembali ke Pupuk Kujang jika kalkulasi baru itu membuahkan harga yang lebih efisien. Sayangnya, Adriansyah menganggap opsi ini memiliki probabilitas yang sangat kecil.
"Ini kan masalahnya
time framing-nya sudah pendek, sudah tidak mungkin lagi untuk melakukan kajian kalkulasi harga baru. Mungkin memang benar, opsi paling bagus ya gasnya dari lapangan baru dan mundur dulu ke tahun 2021," pungkas Adriansyah.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap bisa menawarkan alokasi gas baru dari lapangan-lapangan lain di Blok Cepu untuk memenuhi kebutuhan pabrik Pupuk Kujang setelah harga gas lapangan Jambaran-Tiung Biru tak memungkinkan lagi untuk ditekan.
Pasalnya, sebanyak 34 persen gas lapangan Jambaran-Tiung Biru mengandung karbon dioksida dan hidrogen sulfida, sehingga biaya produksi gas menjadi sangat mahal. Sementara itu, Pupuk Kujang membutuhkan harga gas yang murah karena harga pupuk internasional juga tengah melesu.
Sebelumnya, PEPC menetapkan harga gas sebesar US$ 8 per MMBTU dengan eskalasi 2 persen sejak tahun 2012. Sementara itu, Pupuk Kujang menginginkan harga gas sebesar US$7 per MMBTU sejak lapangan Jambaran-Tiung Biru onstream di tahun 2019.
(ags)