Jakarta, CNN Indonesia -- ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) memperkirakan produksi puncak minyak dari lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur sebanyak 165 ribu barel per hari (bph) hanya akan bertahan selama tiga tahun. Dengan catatan perusahaan tidak menemukan potensi cadangan minyak baru di wilayah kerja tersebut.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia (EMOI) Erwin Maryoto mengatakan masa produksi puncak tersebut berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan perusahaannya. Setelah masuk ke tahun ke empat, Erwin memastikan produksi minyak Blok Cepu bakal turun.
"Saya tidak bisa menyebutkan," kata Erwin seperti dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (29/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait pengembangan lapangan minyak Kedungkeris di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, menurut dia, sekarang ini masih dalam tahap proses penyusunan
plan of development (POD).
Sesuai perkiraan, lapangan minyak Kedungkeris, potensinya sekitar 200 juta barel, masih kalah dibandingkan dengan lapangan Banyuurip Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, yang mencapai 450 juta barel.
Di lapangan setempat, katanya, hanya akan dilakukan pengeboran satu sumur minyak dengan perkiraan biaya mencapai US$100 juta.
"Dengan satu sumur minyak untuk produksinya hanya berkisar 5-10 ribu barel per hari, yang juga dijadikan satu dengan produksi minyak Blok Cepu lainnya," tuturnya.
Ia menjelaskan produksi minyak lapangan Banyuurip Blok Cepu, rata-rata 165 ribu barel per hari, yang baru berjalan beberapa waktu lalu, dialirkan melalui pipa distribusi menuju Kapal Gagak Rimang, di laut Tuban.
Di kapal Gagak Rimang, yang kapasitasnya mencapai 2,2 juta barel itu, produksi minyak Blok Cepu, secara tetap diambil dengan kapal tanker minyak.
"Secara tetap, produksi minyak di Kapal Gagak Rimang diambil dengan kapal tanker minyak, baik bagian minyak yang menjadi jatah Pertamina, juga jatah EMCL," ucapnya.
(gen)