Menko Darmin Waspadai Gejolak Kurs Akibat Brexit

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 13:55 WIB
Meski dampaknya kecil, keluarnya Inggris dari Uni Eropa diyakini akan berdampak negatif terhadap pasar uang Indonesia.
Presiden Joko Widodo (kanan) berdiskusi dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) memimpin Rapat Terbatas. (Antara Foto/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menganggap langkah keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa merupakan histeria yang sering terjadi dalam kegiatan pasar dunia.

"Market kan begitu, selalu ada histerianya, ada reaksi berlebih yang sebenarnya tidak mudah dimengerti, ya, ini termasuk histeria itu," ungkap Darmin, Jumat (24/6).

Ia mencontohkan Indonesia, meski sudah terbiasa menghadapi krisis tetapi tetap terpukul ketika terjadi gonjang-ganjing di pasar global. Kendati demikian, Indonesia tetap bisa mencari solusi dan keluar dengans elamat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu saat suku bunga Amerika makin tinggi, juga gonjang-ganjing. Padahal, tidak jadi, tapi kita sudah dibuat babak belur dengan hal ini," ujar Darmin mencontohkan.

Demikian halnya dengan Brexit, kata Darmin, sekalipun dampaknya terasa hingga ke Indonesia tetapi diyakini tidak akan terlalu lama. Sebab, episentrum dari permasalahan ini berada jauh di Britania Raya, sehingga yang akan sangat terganggu adalah perdagangan Inggris dengan negara-negara di Eropa.

Menurutnya, selama ini Inggris dikenal sebagai negara industri yang kuat dan memiliki banyak hubungan perdagangan dengan negara-negara di Eropa, seperti halnya Perancis. Sehingga hubungan perdagangan Inggris dan Uni Eropa akan bergejolak jika Inggris positif melangkah keluar atau Brexit.

Namun, Darmin memastikan, hubungan dagang Indonesia dengan Inggris tetap bisa berjalan secara personal.

"Kita sedang negosiasi, bersama Kemendag, dengan Uni Eropa. Kalau Inggris keluar, ya berarti Inggris tidak ikut. Jadi kalau ada hubungan dengan Inggris, ya, kita bisa langsung ke Inggrisnya," tutup Darmin.

Tak jauh berbeda dengan Darmin, pengamat ekonomi Yanuar Rizky mengatakan Indonesia harus terbiasa dengan permainan isu yang silih berganti mewarnai pasar keuangan dunia.

“Pasar keuangan akan menghasilkan jika dia bergerak. Nah, untuk bergerak ini ada batasnya kalau secara teknikal, kalau ingin ada penggerak jadi dibutuhkan isu. Ini sudah umum dan Indonesia harus bisa mengatasi dampak dari isu pergerakan pasar dunia,” jelas Yanuar kepada CNNIndonesia.com, Jumat (24/6).

Ia menyadari bahwa Brexit akan berdampak pula pada perekonomian Indonesia. Sebab, uang beredar di pasar modal Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral di negara maju sehingga apapun yang terjadi di pasar keuangan global akan memberi dampak, misalnya gejolak nilai tukar.

“Kalau ada gejolak ke nilai tukar tentu akan mempengaruhi harga. Jadi kita dihadapkan bukan hanya pada permasalahan fiskal juga permasalahan harga,” tutur Yanuar.

Menurutnya, dampak ini dapat lebih buruk karena Indonesia tengah memiliki permasalahan cash flow dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu, Indonesia harus terbiasa dengan isu yang menggerakkan pasar dunia dan memiliki kebijakan yang dapat segera mengatasinya.

Namun, Yanuar menekankan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa hanya akan merugikan Inggris dan berpotensi menyebabkan banyak permasalahan seperti ketika  krisis keuangan  2008 yang bermula dari New York.

“Kalau keluar saya rasa pasar keuangan Inggris akan menyempit karena selama ini kerap ditopang dengan hubungan perdagangan antarnegara Eropa,” tutup Yanuar. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER