Inggris Keluar, Saham Eropa Longsor Lebih dari 8 Persen

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 15:12 WIB
Indeks FTSEurofirst 300 anjlok 8,5 persen ke level 1.244,03 pada awal perdagangan setelah sempat jatuh hingga ke angka 1.239,68.
Indeks FTSEurofirst 300 anjlok 8,5 persen ke level 1.244,03 pada awal perdagangan setelah sempat jatuh hingga ke angka 1.239,68. (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saham-saham Eropa jatuh lebih dari 8 persen pada perdagangan Jumat (24/6), dipimpin oleh sektor perbankan, dan menuju penurunan terbesar dalam sehari setelah Inggris memutuskan berpisah dengan Uni Eropa.

Yang mengejutkan, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan bakal mengundurkan diri menyusul hasil referendum tersebut.

Seperti dilansir Reuters, indeks FTSEurofirst 300 anjlok 8,5 persen ke level 1.244,03 pada awal perdagangan setelah sempat jatuh hingga ke angka 1.239,68. Sementara indeks STOXX Europe 600 merosot 8,8 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saham finansial menanggung akibat dari aksi jual besar-besaran, dengan indeks perbankan Eropa jatuh 14 persen, pelemahan terburuk yang pernah terjadi dalam satu hari. Sementara indeks asuransi Eropa turun 12,7 persen, dan saham otomotif turun 10,5 persen.

Saham Barclays merosot 25 persen, saham Royal Bank of Scotland turun 23 persen dan Lloyds melemah 23 persen.

Sementara itu, nilai tukar Pound sterling anjlok ke level terendah sejak 1985 dibarengi dengan menukiknya harga saham berjangka Inggris setelah mayoritas warga Britania memilih untuk meninggalkan Uni Eropa. Aksi jual obligasi juga meningkat tajam dan mendongkrak biaya pinjaman Pemerintah Inggris.

Nilai tukar pound sterling anjlok hampir 10 persen dalam enam jam terakhir, yang merupakan kejatuhan terdalam sepanjang sejarah Inggris. Tepatnya sejak rezim nilai tukar mengambang bebas diperkenalkan pada awal 1970-an.

Depresisi kurs saat ini dinilai lebih parah dibandingkan dengan tragedi 'Black Wednesday' pada September 1992, ketika miliarder George Soros melakukan aksi jual pound sterling besar-besaran sehingga melumpuhkan pertahanan Bank Sentral Inggris (BOE).

"Ini seperti kembali dari masa depan, kita seperti kembali ke era 1985," kata Nick Parsons, Wakil Kepala Strategi Mata Uang Global di NAB.

Pound sterling tercatat jatuh kelevel US$1,33, yang merupakan level terendah terhadap dolar sejak September 1985. Sementara terhadap Euro, pound sterling melemah 6 persen dan terhadap yen terdepresiasi 15 persen. Sementara itu, harga saham berjangka turun 7 persen di Bursa London

"Pound sterling sudah anjlok 10 persen dalam enam jam. Itu sangat luar biasa, dan referendum Inggris telah menciptakan krisis di Eropa," kata Nick. (gir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER