Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mempertimbangkan untuk menambah produksi avtur setelah perusahaan mengalami kelebihan produksi solar di sepanjang tahun ini. Hal Ini juga dilakukan agar stok solar di tangki-tangki hasil pengilangan tidak ikut menumpuk.
Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina mengatakan, saat ini, terjadi kelebihan solar akibat turunnya permintaan pasar dan adanya mandatori penggunaan biodesel B20. Di sisi lain, produksi solar terus mengendur, meskipun laju penurunannya tidak sebesar konsumsinya.
Berdasarkan data yang dikantonginya, saat ini, terjadi kelebihan solar sebanyak 10 ribu barel atau setara 1.700 kilo liter (kl) per hari dengan angka solar yang disalurkan ke konsumen per hari (Daily Objective Throughput/DOT) mencapai 50 ribu kl.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami upayakan semaksimal mungkin kolom-kolom distilasi di kilang bisa diarahkan ke arah avtur. Memang, kelebihan diesel ini sedang kami atur dengan cara sinergi dengan berbagai pengguna," ujar Rachmad, Selasa (28/6).
Ia melanjutkan, perubahan BBM jenis solar menjadi avtur sangat mudah, karena ada beberapa komponen di dalam solar yang merupakan bahan baku avtur dan minyak tanah. Namun, ia tak menjelaskan berapa banyak avtur yang bisa dihasilkan dari tambahan pasokan solar tersebut, meskipun terlihat rata-rata konsumsi avtur Pertamina per hari tercatat sebesar 12.830 kl.
"Nantinya tak tertutup kemungkinan ke depannya akan diekspor. Karena bagaimana lagi, serapan solar dalam negeri saja berkurang akibat mandatori B20, sektor pertambangan yang melesu, serta permintaannya banyak yang berkurang," terang Rachmad.
Rachmad bilang, penurunan konsumsi solar ini pun tidak disangka-sangka oleh perusahaan mengingat Pertamina sempat memperkirakan adanya impor solar sebesar 2,94 juta barel di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2016.
"Tetapi yang terjadi sekarang adalah awal tahun lalu kami sudah setop impor solar," jelasnya.
Sebagai informasi, produksi solar Pertamina pada tahun lalu mencapai 126 juta barel, dan diperkirakan akan menurun tipis menjadi 125 juta barel pada tahun ini. Sementara itu, realisasi produksi hingga Mei 2016 mencapai 52 juta barel.
Sementara itu, konsumsi solar subsidi pada tahun 2015 tercatat sebesar 13,98 juta kilo liter (kl) atau menurun 12,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15,96 juta kl.
(bir/gen)