Sokong Bisnis Pengolahan, Pertamina Bangun Tangki Timbun

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2016 18:20 WIB
Tangki timbun dibutuhkan untuk mengurangi jeda waktu antara pembelian minyak mentah hingga pengolahan yang memakan waktu 2,5 bulan.
Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Rachmad Hardadi (tengah) didampingi SVP Refining Operation Michael Ricardo Sihombing (kanan) dan General Manager Kilang Minyak V Balikpapan Eman Salman Arief (kiri) meninjau kegiatan pengolahan minyak di Kilang Minyak V Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (2/7). Pertamina akan melakukan pengembangan dan peningkatan kapasitas pengolahan bahan bakar minyak (BBM) di Kilang Minyak V Balikpapan serta membangun empat kilang minyak baru yang tersebar di wilayah barat dan timur Indonesia dengan total biaya mencapai 25 miliar dollar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menuturkan segera membangun tangki timbun minyak mentah (Strategic Petroleum Reserve/SPR) untuk memperpendek masa distribusi pasokan minyak mentah bagi kilang-kilang Bahan Bakar Minyak (BBM) milik Pertamina. Perusahaan berharap, pembangunan tangki timbun bisa meminimalisir biaya pengolahan Pertamina.

Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina menerangkan, selama ini, perusahaan membutuhkan waktu 2,5 bulan dari pembelian minyak hingga minyak tersebut bisa benar-benar diolah. Lamanya waktu ini akan sangat merugikan perusahaan jika harga minyak mentah anjlok secara signifikan dalam kurun waktu tersebut.

Karenanya, tangki timbun dibutuhkan untuk mengurangi jeda waktu antara pembelian minyak mentah hingga pengolahan. Implikasinya, resiko profitabilitas mengolah BBM pun bisa diperkecil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Andaikan kami beli minyak mentah di harga tinggi, namun kami mengolah BBM di saat harga rendah berbulan-bulan kemudian, maka akan sangat merugikan. Makanya, volatilitas margin sangat terasa apabila jeda waktu antara pembelian hingga pengolahan terbilang lama," ujarnya, Selasa (28/1).

Namun, persoalannya, pembangunan tangki timbun itu sendiri tidak bisa dilaksanakan secara cepat, mengingat pembangunan infrastrukturnya membutuhkan waktu 1,5 hingga dua tahun. Apalagi menurutnya, perusahaan tak cukup hanya membangun satu tangki timbun saja.

Rachmad mengatakan, perusahaan telah memilih lokasi-lokasi pembangunan tangki timbun, utamanya yang terletak di dekat lokasi kilang milik Pertamina. Ia mencontohkan, Kelurahan Lawe-Lawe, Kalimantan Timur sebagai salah satu lokasi pembangunan tangki timbun, mengingat Pertamina memiliki lahan di kawasan tersebut dan lokasinya berjarak dekat dengan kilang Pertamina di Bontang.

"Nampaknya kami juga akan memanfaatkan tanah milik perusahaan untuk membangun tangki-tangki ini, utamanya yang letaknya dekat dengan kilang seperti di Dumai dan Cilacap," imbuh dia.

Agar isi tangki timbun tetap rimbun, rencananya Pertamina akan mencari mitra yang berminat menyalurkan minyak mentah langsung ke tangki-tangki itu. Namun sayangnya, ia masih enggan menyebut nilai investasi serta skema kerjasama dengan calon mitra potensial di dalam proyek tangki timbun ini.

"Kalau crude domestik mungkin bisa pasok 60 persen dari kebutuhan kilang, tinggal mencari 40 persen sisanya. Namun untuk skema kerjasama seperti apa, sayang belum bisa saya umumkan," ucapnya.

Sebagai informasi, saat ini Pertamina memiliki enam kilang beroperasi dengan kapasitas terpasang berjumlah 853 ribu barel per hari. Angka itu tercatat mencapai 81,78 persen dari kapasitas total sebesar 1,043 juta barel per hari.

Sedangkan, kapasitas seluruh kilang Pertamina akan mencapai 2 juta barel per hari pada tahun 2023 seiring dengan adanya penambahan kapasitas kilang Cilacap, Dumai, Balongan, dan Balikpapan dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan dua tambahan kilang baru di Tuban, Jawa Timur dan Bontang, Kalimantan Timur. (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER