Merugi, Medco Energi Tak Bagikan Dividen

CNN Indonesia
Kamis, 30 Jun 2016 05:32 WIB
Tahun lalu merupakan tahun terberat bagi Medco Energi, seiring harga minyak dunia yang anjlok lebih dari 50 persen.
Anthony Mathias, Direktur Keuangan Medco Energi bilang, tahun lalu merupakan tahun terberat, seiring harga minyak dunia yang anjlok lebih dari 50 persen. Hal ini mengakibatkan harga jual minyak perusahaan juga ikut turun dari rata-rata US$97,83 per barel di tahun 2014 menjadi US$49,29 per barel di tahun berikutnya. (Dok. Medco Energi).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco Energi) urung membagikan dividen pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), karena mengalami rugi sepanjang tahun 2015. Menurut laporan keuangan Medco Energi, perusahaan mengalami kerugian sebesar US$186,17 juta atau anjlok dibandingkan tahun lalu yang untung US$8,84 juta.

Hilmi Panigoro, Direktur Utama Medco Energi mengatakan, pemegang saham telah menyetujui hasil ini, dan mereka juga menyepakati laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. "Karena, tahun 2015 ini nett loss, sehingga kami tidak membagikan dividen," ujarnya, Rabu (29/6).

Ia menyebut, RUPST kali ini juga tidak menyetujui pelaksanaan rights issue senilai Rp4,65 triliun yang awalnya dijadwalkan untuk pembayaran utang perseroan. Pasalnya, RUPST perusahaan tidak mencapai kuota yang disepakati, yakni sebanyak dua per tiga dari total pemegang saham. "Yang datang kali ini tidak sampai dua per tiganya. Jadi kami putuskan akan lakukan RUPS tersendiri untuk pelaksanaan rights issue," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anthony Mathias, Direktur Keuangan Medco Energi menuturkan, tahun 2015 merupakan tahun terberat yang dialami perseroan seiring harga minyak dunia yang anjlok lebih dari 50 persen. Hal ini mengakibatkan harga jual minyak perusahaan juga ikut turun dari rata-rata US$97,83 per barel di tahun 2014 menjadi US$49,29 per barel di tahun berikutnya.

"Kami jelaskan ke pemegang saham, kerugian ini diakibatkan oleh faktor yang sama sekali tidak bisa kami kendalikan, yaitu harga. Kami hanya berharap di tahun ini bisa lebih baik lagi karena harga minyak mulai ada perbaikan," terang Anthony singkat tanpa memberitahu target-target perusahaan di tahun ini.

Ia berharap, perseroan bisa melakukan efisiensi beban operasional lagi di tahun ini karena dianggap membantu margin pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tidak merosot.

Ia mencontohkan, kondisi tahun lalu, margin EBITDA perseroan sebesar 34,5 persen dengan pendapatan US$628,5 juta atau bahkan lebih baik dibandingkan tahun 2014 di mana margin EBITDA perusahaan mencapai 33,5 persen dengan pendapatan US$ 750,7 juta.

"Meski mempertahankan biaya, kami lihat pendapatan turun secara tahunan (year on year). Namun, kami juga bisa tekan biaya. Hasilnya, margin EBITDA kami membaik," imbuh Mathias.

Sebagai informasi, pada tahun lalu, perseroan melakukan lifting minyak sebesar 22,12 juta barel atau turun 0,4 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 22,21 juta barel. Sementara, produksinya sendiri mencapai 31,61 juta barel atau meningkat 0,2 persen dari angka 31,55 juta barel di tahun 2014.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER