Jakarta, CNN Indonesia -- Fluktuasi harga minyak dunia, memberikan dampak negatif terhadap pendapatan PT Sugih Energy (SUGI) Tbk yang menurun cukup drastis sampai 62,7 persen.
Perseroan membukukan US$1,99 juta pada 2015, padahal di tahun sebelumnya Sugih mampu memperoleh pendapatan sebanyak US$5,36 juta. Untuk pendapatan enam bulan pertama di tahun 2016, Sugih masih enggan membagi angka pendapatannya.
"Belum rampung kami rekapitulasi, karena masih dihitung-hitung. Ada revisi anggaran dan target untuk 2016 ini," ungkap Direktur Utama Sugih Energy Riyanto Soewarno usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahun 2015, Kamis (30/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Riyanto, penurunan produksi Blok Lemang menjadi salah satu alasan dilakukannya revisi anggaran perseroan.
Riyanto bilang, produksi Blok Lemang akan turun menjadi 4 ribu barel per hari (bph) dari sebelumnya ditargetkan mampu menghasilkan 5 ribu bph.
Padahal, Sugih telah menginvestasikan dana sekitar US$10 juta atau setara Rp140 miliar untuk pengeboran dua sumur pada Blok Lemang yang memiliki masa kontrak hingga 2037.
"Ini memang ada penurunan produksi tapi kami masih kejar hasil Blok ini, di mana Juli mendatang akan masuk masa produksi. Jadi, masih optimis di semester II (tahun 2016) ini," kata Riyanto.
Sebagai informasi, 34 persen saham Sugih Energy dikuasai Eastwin Global Investment, dan saham lainnya dipegang Ramba Energi Ltd melalui PT Hexindo Gemilang Jaya sebesar 31 persen dan 35 persen lainnya dimililiki Kohlberg Kravis Robert & Co (KKR).
Sugih memiliki jumlah aset sebesar US$1,23 miliar pada 2015, naik 127 persen dari jumlah aset 2014 sebesar US$543,72 juta. Anjloknya harga minyak dunia membuat Sugih Energy mencatat rugi bersih 2015 sebesar US$38,65 juta, padahal di tahun sebelumnya, perusahaan mendapatkan laba bersih senilai US$4,37 juta.