Bursa Saham AS Menguat Tiga Hari Berturut

CNN Indonesia
Jumat, 01 Jul 2016 08:15 WIB
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,33 persen ke level 17.929,99. Sementara indeks S&P 500 naik 1,36 persen ke angka 2.098,86 pada Kamis (30/6).
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,33 persen ke level 17.929,99. Sementara indeks S&P 500 naik 1,36 persen ke angka 2.098,86 pada Kamis (30/6). (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Wall Street AS menguat dalam tiga hari berturut-turut pada perdagangan Kamis (30/6), setelah bank sentral Inggris menyatakan kemungkinan stimulus dan adanya penguatan saham barang konsumsi di tengah berita tawaran Mondelēz International senilai US$23 miliar untuk mengakuisisi Hershey.

Seperti dilansir Reuters, indeks utama AS masing-masing ditutup naik lebih dari 1 persen, mencatatkan perdagangan terbaik dalam tiga hari selama empat bulan terakhir.

Kinerja tersebut menghapus sebagian besar kerugian setelah kejutan keluarnya Inggris dari Uni Eropa seminggu lalu, yang telah memicu penurunan dua hari terburuk bagi Wall Street dalam 10 bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai proses referendum, Gubernur Bank of England Mark Carney mengatakan bahwa bank sentral mungkin perlu untuk memompa lebih banyak stimulus ke perekonomian Inggris selama musim panas.

"Kami membalik kekhawatiran Brexit karena menjadi jelas bahwa itu lebih dari hasil keputusan politik daripada ekonomi," kata Bucky Hellwig, wakil presiden BB&T Wealth Management di Birmingham, Alabama.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 235,31 poin atau 1,33 persen ke level 17.929,99. Sementara indeks S&P 500 naik 28,09 poin atau 1,36 persen ke angka 2.098,86 dan indeks Nasdaq Composite menguat 63,43 poin atau 1,33 persen ke level 4.842,67.

Semua sektor saham di indeks S&P berakhir lebih tinggi, dipimpin oleh penguatan saham barang konsumsi sebesar 2,2 persen. Saham Hershey melonjak 16,8 persen setelah berita bahwa Mondelez telah membuat tawaran akuisisi, yang ditolak.

Investor masih memprediksi adanya volatilitas dalam beberapa pekan mendatang di tengah ketidakpastian tentang bagaimana Inggris akan keluar dari Uni Eropa.

"Saya pikir masih akan ada waktu lain ketika kita melihat ketakutan terhadap Brexit sampai batas tertentu. Tapi saya tidak berpikir ketakutan itu akan berubah menjadi besar karena orang mengira adanya kejatuhan keuangan atau ekonomi, dan saya lebih siap untuk memecahkan rekor tertinggi baru," kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi Wells Capital Management di Minneapolis.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER