Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Juni 2016 sebesar US$12,92 miliar, meningkat 12,18 persen dibanding dengan ekspor bulan sebelumnya US$11,51 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ekspor Juni masih terkoreksi sebesar 2,85 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada paruh pertama tahun ini sebesar US$69,51 miliar, turun 11,37 persen dibandingkan dengan capaian semester I 2015 yang mencapai US$78,42 miliar.
"Kalau kita lihat ekspor Juni ini paling tinggi sejak Januari 2016, bahkan sejak Juli 2015 yang tercatat US$11,4 miliar," tutur Kepala BPS Suryamin di kantornya, Jumat (15/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk ekspor nonmigas, kata Suryamin, membukukan nilai sebesar US$11,73 miliar pada Juni lalu, naik 11,12 persen dibandingkan dengan perolehan Mei 2016. Namun, jika dibandingkan dengan capaian Juni 2015, ekspor nonmigas pada bulan lalu turun hampir 8 persen.
Menurutnya, peningkatan terbesar ekspor nonmigas pada bulan lalu terjadi pada pakaian jadi bukan rajutan yang melonjak 45,91 persen, setelah meraup pendapatan sebesar US$453,3 juta. Sementara yang mengalami koreksi terparah adalah kelompok perhiasan atau permata, yakni minus 6,05 persen dengan perolehan nilai sebesar US$ 624,4 juta.
Amerika Serikat (AS), kata Suryamin, masih menjadi mitra dagang utama Indonesia, dengan total ekspor nonmigas mencapai US$1,62 miliar pada Juni lalu. Sementara Jepang dan China mengekor dengan nilai ekspor masing-masing sebesar US$1,24 miliar dan US$ 1,21 miliar.
Sementara, untuk ekspor ke Uni Eropa sepanjang Juni lalu mencapai sebesar US$ 1,24 miliar, dengan pangsa terbesar dikuasia Belanda 21 persen atau sebesar US$258,3 miliar.
Secara keseluruhan, total ekspor nonmigas Indonesia selama periode Januari-Juni 2016 mencapai US$ 63,01 miliar, turun 7,92 persen dibandingkan dengan nilai yang dicatatkan pada paruh pertama tahun lalu.
"Share terbesar berasal dari lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$7,92 miliar dan bahan bakar mineral sebesar US$6,47 miliar," ujar Suryamin.
Berdasarkan sektoral, ekspor yang dicatatakan industri pengolahan turun 4,73 persen pada semester I 2016, setelah hanya mencatatkan nilai US$53,72 miliar. Penurunan juga terjadi pada sektor pertanian dan pertambangan, masing-masing minus 18,14 persen dan 23,64 persen.
Namun, Suryamin mengatakan, pangsa ekspor industri pengolahan mulai meningkat
pada periode Januari-Juni 2016 menjadi 77,29 persen dari sebelumnya 71,91 persen pada semester I 2015.
Sementara untuk ekspor migas Juni 2016, nilai yang tercatat di BPS sebesar US$1,12miliar atau naik 23,9 persen dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar US$957,9 juta. Sementara jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, ekspor migas Juni anjlok hampir 35 persen.
Catatan positif ekspor migas Juni belum cukup untuk mendongkrak ekspor secara keseluruhan. Dalam enam bulan terakhir, total nilai ekspor migas tercatat sebesar US$6,5 miliar atau anjlok hampir 35 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$9,9 miliar.
(ags)