Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, kenaikan nilai ekspor Indonesia pada Juni lalu dibarengi dengan peningkatan impor barang dan luar negeri. Nilai impor Juni tercatat sebesar US$12,02 miliar, meningkat 7,86 persen dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya US$11,14 miliar.
Namun secara kumulatif, nilai impor Indonesia yang sebesar US$65,9 miliar pada periode semester I 2016 masih lebih rendah 10,86 persen dibandingkan dengan nilai yang dicatatkan pada Januari-Juni tahun lalu US$73,94 miliar.
Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (15/7) menjelaskan, impor nonmigas yang merupakan kontributor terbesar mencatatkan nilai sebesar US$10,33 miliar pada Juni, meningkat 9,07 persen dibandingkan perolehan Mei yang sebesar US$9,47 miliar. Namun, jika dibandingkan dengan perolehan Juni 2015 yang mencapai US$10,4 miliar, terjadi penurunan impor nonmigas hampir 1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan impor nonmigas tertinggi terjadi pada komoditas konstruksi, yakni besi dan baja naik sebesar 26,94 persen dengan nilai yang disumbangkan sebesar US$599,4 juta. Disusul kemudian oleh impor barang dari besi dan baja, yang naik 25,39 persen dengan perolehan nilai US$264,7 juta.
Kenaikan impor tertinggi ketiga, sekaligus penumbang impor nonmigas terbesar pada bulan lalu adalah mesin dan peralatan mekanisyakni sebesar US$1,89 miliar atau naik 18,06 persen.
Menurut Suryamin, tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar pada semester I 2016 adalah China dengan nilai US$14,96 miliar (26,1 persen), Jepang US$6,27 miliar (10,93 persen), dan Thailand US$4,51 miliar (7,88 persen).
Sementara untuk impor nonmigas dari ASEAN menguasai pangsa 22 persen dengan nilai US$12,6 miliar, sedangkan dari Uni Eropa 9,39 persen (US$5,38 miliar).
Berdasarkan kelompok barang, impor bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari–Juni 2016 turun masing-masing 12,23 persen dan 15,31 persen pada semester I 2016. Sebaliknya, impor golongan barang konsumsi justru meningkat 13,57 persen.
(ags)