New York, CNN Indonesia -- Bursa saham Amerika Serikat mulai melandai di tengah ekspektasi penurunan pertumbuhan ekonomi global. Hal itu ditandai dengan melemahnya delapan dari 10 sektor S&P 500 setelah sebelumnya mencatatkan rekor tertinggi pada awal pekan.
Mengutip Reuters, indeks S&P 500 pada perdagangan Selasa (19/7) waktu New York ditutup melemah 3,11 poin atau 0,14 persen ke level 2.163,78. Demikian pula dengan indeks Nasdaq yang terkorekso 19,41 poin atau 0,38 persen menjadi 5.036,38.
Kinerja mengecewakan saham Netflix (NFLX), yang turun 13,1 persen, disinyalir menjadi pengerek S&P 500 dan Nasdaq.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, indeks Dow Jonews Industrial Average (DJIA) masih mampu mencatatkan kinerja positif selama delapan hari berturut-turut setelah menguat 25,96 poin atau 0,14 persen ke angka 18.559,01.
Indeks DJIA bertahan di zona hijau karena investor melihat kinerja emiten-emitennya masih positif pada semester I 2016 meski di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Pendorong utama DJIA salah satunya dari pergerakan saham Johnson & Johnson, yang melesat dan membukukan pendapatan signifikan.
Keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk dua tahun ke depan, menyusul munculnya ketidakpastian baru pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dinilai sebagai faktor yang turut menekan bursa saham AS.
"Ada banyak ketidakpastian di luar sana yang bisa menekan bursa sehingga membuat sejumlah investor mengambil dana mereka dari pasar modal," ujar Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.
Selain Netflix, koreksi jiga terjadi pada saham Goldman Sachs (GS.N) sebesar 1,2 persen akibat tekanan yang terjadi pada sebagian besar lini bisnisnya.
Dari sektor teknologi, saham Microsoft (MSFT.O) akhirnya ditutup menguat 4 persen meski pada di tengah sesi perdagangan sempat turun 1,6 persen.
Sekitar 5,6 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, turun dibandingkan dengan rata-rata harian dalam 20 sesi perdaangan sebelumnya jauh yang berkisar 7,5 miliar.
"Jika Anda melihat banyak kekecewaan dan pandangan mengecewakan, atau kebingungan mengenai Brexit dan apa artinya bagi beberapa perusahaan, Anda bisa melihat pasar menarik dan mengambil beberapa keuntungan," kata Tim Ghriskey, kepala investasi Solaris Asset Management di New York.
(ags)