Pemerintah Akan Ubah Skema Pengolahan Blok East Natuna

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jul 2016 11:20 WIB
Guna mempercepat produksi di Blok East Natuna, maka disetujui untuk mengembangkan eksplorasi minyak terlebih dahulu, kemudian disusul dengan eksplorasi gas.
Guna mempercepat produksi di Blok East Natuna, maka disetujui untuk mengembangkan eksplorasi minyak terlebih dahulu, kemudian disusul dengan eksplorasi gas. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyatakan akan mengubah skema pengelolaan minyak dan gas (migas) Blok East Natuna yang terletak di Kepulauan Riau guna mempercepat proses produksi migas di blok tersebut.

"Reservoar-nya ada dua, yang atas gas dan yang bawah minyak. Minyak ini memang tidak banyak tapi gasnya besar. Jadi, kami ambil minyaknya (terlebih dahulu) biar ada aktivitas di sana (Blok East Natuna)," ungkap Direktur Jenderal Migas IG Nyoman Wiratmaja Puja, Selasa (19/7).

Wiratmaja menjelaskan, mulanya pemerintah berencana melakukan pengolahan secara bersamaan antara minyak dan gas. Namun, guna mempercepat produksi di Blok East Natuna, maka disetujui untuk mengembangkan eksplorasi minyak terlebih dahulu, kemudian disusul dengan eksplorasi gas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadinya ingin dikelola bersamaan antara minyak dan gas. Tapi biar cepat (produksi), minyak kita dahulukan," tambah Wiratmaja.

Langkah ini diambil pemerintah sesuai instruksi Presiden Joko Widodo untuk mempercepat pengembangan Blok East Natuna agar dalam tiga tahun ke depan, blok ini dapat membuat Production Sharing Contract (PSC) agar dapat segera berproduksi.

Wiratmaja menyakini, saat mulai berproduksi nanti, Blok East Natuna yang disebut sebagai blok terbesar ketiga di dunia ini dapat menghasilkan 7 ribu hingga 15 ribu barel per hari (bph).

Untuk itu, pemerintah berencana membangun kilang mini di Blok East Natuna saat pengoperasian mulai berjalan, bersamaan dengan Blok Tuna yang dapat dioperasikan.

Adapun PT Pertamina (Persero), Exxon Mobile Exxon, dan PTT Exploration and Production Pcl (PTT EP) ditunjuk sebagai konsorsium untuk melakukan studi pengembangan Blok East Natuna selama dua tahun hingga akhir tahun 2017.

Menanggapi instuksi percepatan studi pengembangan migas di Blok Natuna, Pertamina menyatakan akan mengupayakan agar percepatan ini dapat dikejar.

"Kami mengerti harapan dari ESDM & SKK Migas agar ini cepat berjalan. Tapi PSC masih kita tunggu sekarang. Pertamina sendiri punya Principle of Agreement antara konsorsium yang melakukan studi dengan target akhir tahun 2017."

"Kalau kami bisa kurang dari 2017, tentu akan dikejar tapi kami masih terus melakukan studi," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro di kesempatan berbeda.

Tantangan Pengolahan Blok East Natuna

Wianda memaparkan, dari hasil studi, diketahui bahwa tantangan pengolahan migas di Blok East Natuna adalah kandungan karbondioksida (CO2) yang tinggi, yakni mencapai 72 persen.

"Kandungan CO2-nya mencapai 72 persen. Ini membuat kita membutuhkan teknologi tinggi untuk mengolah Blok East Natuna," ujar Wianda.

Terkait teknologi ini, Pertamina mengaku masih terus mengkaji teknologi pengolahan yang akan diterapkan melalui studi pengembangan yang tengah dilakukan saat ini.

"Kami masih lakukan studi kelayakan. Belum ada spesifik harus mengadopsi teknologi yang seperti apa. Tapi tentunya akan kita selesaikan dengan komprehensif dan cepat. Karena ini merupakan proposal awal kita kepada pemerintah, termasuk bentuknya seperti apa, pengembangannya berapa lama, dan stateginya apa saja," jelas Wianda.

Pertamina menyatakan tengah merancang skema maksimum yang dapat dilakukan untuk mengolah Blok East Natuna. Namun, skema yang dirancang melalui studi pengembangan ini masih perlu didiskusikan dengan para konsorsium dan pihak migas lainnya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER