Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) berharap bisa melakukan pembayaran (
financial closing) proyek-proyek pembangkit listrik dengan skema Independent Power Producer (IPP) sebanyak 18 ribu Megawatt (MW) pada akhir tahun mendatang.
Jumlah target tersebut lebih besar dibandingkan capaian akhir semester I ini yang hanya sebesar 4 ribu MW.
Direktur Utama PLN, Sofyan Basyir mengatakan, lonjakan jumlah
financial closing ini terjadi karena beberapa pelaku usaha swasta sudah berjanji akan menyelesaikan syarat-syarat
financial closing yang memiliki masa tenggat bulan Desember mendatang, setelah PLN dan pelaku usaha swasta meneken kontrak jual beli listrik (Power Purchasing Agreement/PPA) di periode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam pelaksanaannya, semoga
financial closing pembangkit listrik bisa dilaksanakan akhir tahun ini karena sebelumnya kan mereka (pelaku usaha swasta) diberikan izin menyelesaikan syarat-syarat
financial closing dalam jangka waktu 12 bulan," ujar Sofyan di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (25/7).
"Jadi memang ada yang diberi izin sampai enam bulan tapi ada yang 12 bulan. Kalau tidak salah, kami mengikat mereka sampai akhir Desember nanti," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia tak mengelak jika proses
financial closing ini terbilang lama karena ada beberapa syarat yang dibebankan oleh perusahaan, seperti keharusan menyetor 10 persen uang muka di institusi perbankan dalam negeri.
Namun menurutnya, itu dilakukan semata demi menjaring investor yang benar-benar berminat menjalankan proyek-proyek listrik yang dilelang perusahaan, meski langkah ini sempat ditentang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Selain itu, Sofyan menyebut lamanya
financial closing ini juga disebabkan oleh kepercayaan institusi pembiayaan dalam membiayai proyek pembangkit listrik. Pasalnya, investasi pembangkit listrik tentu membutuhkan dana yang besar, sehingga perbankan tidak bisa sembarangan memberi pinjaman.
"Kredit ini bukan kredit Rp 500 miliar, bukan pula Rp1 triliun. Mungkin juga bisa ditanya ke perbankan nasional juga, kalau bicara mengevaluasi kredit Rp20 triliun, Rp30 triliun itu pasti memerlukan waktu yang cukup panjang. Dan itu dari perbankan nasional sebagian kecil, dari perbankan luar negeri juga besar sehingga mereka memerlukan waktu cukup lama untuk meninjau, melihat dan mengevaluasi," terangnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan jika seluruh
financial closing di akhir tahun berasal dari proyek 35 ribu MW. Di samping itu, ia juga berharap bisa menambah kontrak PPA sebanyak 10 ribu MW sepanjang semester II tahun ini.
"Dan jumlah kontrak PPA dengan angka seperti itu bisa kok, karena pada Desember tahun lalu kami bisa booking 8.000 MW lebih," katanya.
Di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, porsi IPP di dalam proyek 35 ribu MW tercatat sebesar 24.767 MW. Sementara itu, 10.233 MW sisanya akan dikerjakan oleh PLN.
Di samping itu, proyek 35 ribu MW diperkirakan menelan dana hingga US$72,94 miliar yang akan digunakan untuk membangun 291 pembangkit, 732 set transmisi, 1.375 unit gardu induk.
(gir)