Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF AeroAsia) kebanjiran kontrak-kontrak perawatan pesawat, baik dari maskapai dalam negeri maupun maskapai asing. Diharapkan, kontrak bisnis ini bisa mengerek pendapatan perseroan merealisasikan target sepanjang tahun.
GMF AeroAsia, perusahaan perawatan pesawat (maintenance, repairing, and overhaul/MRO) milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk itu menyebutkan, perseroan baru saja meneken kesepakatan perawatan pesawat Boeing 747 milik maskapai asal Belanda, KLM. Nilai kesepakatan ini disebut-sebut tidak kecil.
Juliandra Nurtjahjo, Direktur Utama GMF AeroAsia memproyeksi, pendapatan perseroan mencapai US$180 juta pada paruh pertama tahun ini. Itu berarti, sekitar 48,91 persen dari target pendapatan perseroan di sepanjang tahun ini yang dipatok sebesar US$368 juta atau tumbuh 21,05 persen dibandingkan realisasi tahun lalu, yakni US$304 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keuangan kami masih terbilang baik, karena pendapatan kami hingga semester I 2016 tercatat 98 persen dari target. Semester II, kami harap, kami bisa membukukan pendapatan hingga 120 persen dari target awal yang kami tetapkan," ujarnya, Kamis (28/7) malam.
Optimisme ini berkaca dari beberapa perhelatan industri aviasi yang belum lama ini dilakukan yang diprediksi menyumbang pendapatan cukup kentara. Singapore Airshow 2016, misalnya, berhasil membukukan 12 kontrak kerja sama dengan nilai lebih dari US$100 juta.
"Tetapi, kontributor utama masih dari captive market. Seperti, Garuda Indonesia, dan Key Account, Sriwijaya Air yang kontrak barunya telah kami tandatangani untuk tiga tahun ke depan. Namun, ternyata yang ritel juga banyak, seperti KLM itu," terang Juliandra.
Ia berharap, kinerja baik ini bisa terus dijaga sehingga mampu melambungkan pendapatan perusahaan menjadi US$1 miliar di tahun 2020 mendatang. Untuk mengakomodasi hal itu, perusahaan akan melakukan serangkaian belanja modal dan berbagai macam ekspansi. Sayangnya, perseroan masi enggan merinci rencana tersebut.
"Yang pasti, setiap tahun kami pasang target naik karena selalu ada ekspansi. Kami selalu pasang target sesuai dengan kapasitas kami, namun kami selalu kerja dengan tujuan yang lebih besar dari angka-angka yang kami pasang," imbuh dia.
Apalagi, perusahaan juga berencana untuk menjadi 10 besar perusahaan MRO terbesar di dunia di tahun 2020. Ini berarti naik tujuh tangga dari posisi saat ini yang berada di peringkat 17. "Karena salah satu indikator yang memengaruhi peringkat adalah revenue yang kami dapatkan," katanya.
Sebagai informasi, pendapatan perusahaan sepanjang tahun 2015 tercatat sebesar US$304 juta. Angka ini lebih besar 7,8 persen dibanding target yang dipasang perusahaan sebesar US$282 juta. Tahun ini, perseroan membidik pendapatan hingga US$368 juta.
(bir)