Pelemahan Komoditas Tambang Tekan Ekonomi Sejumlah Daerah

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Jumat, 05 Agu 2016 14:50 WIB
Badan Pusat Statistik mencatat, Provinsi Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan minus 1,57 persen karena terseret pelemahan harga komoditas tambang.
Badan Pusat Statistik mencatat, Provinsi Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan minus 1,57 persen karena terseret pelemahan harga komoditas tambang. (REUTERS/Dwi Oblo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati, ekonomi kuartal II 2016 tumbuh sebesar 5,18 persen, sektor pertambangan mengalami kinerja buruk sehingga membuat beberapa provinsi yang kaya akan komoditas tambang mengalami pertumbuhan yang rendah.

Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Provinsi Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan minus 1,57 persen. Pasalnya, harga komoditas tambang yang tidak cukup bagus selama kuartal II.

"Kuartal II kemarin harga komoditas tambang sedang tidak bagus sehingga langsung berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Maluku dan Papua karena nilai ekspor komoditas tambang jadi rendah tapi sekarang sudah mulai pulih," ungkap Suryamin di kantornya, Jumat (5/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya Maluku dan Papua, Kalimantan juga terpaksa tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pasalnya, komoditas minyak dan gas bumi (migas) yang menjadi andalan Kalimantan masih belum bagus di kuartal II. Tercatat, pertumbuhan ekonomi Kalimantan hanya 1,13 persen, sekalipun angka ini lebih bila dibandingkan kondisi Kalimantan di kuartal I 2016.

"Sebenarnya komoditas migas sudah cukup baik sehingga memberi kontribusi pada ekonomi Kalimantan walau belum signifikan," kata Suryamin.

Buyung Airlangga, Direktur Neraca Produksi BPS menambahkan, secara nasional, produksi migas sudah mulai meningkat sebanyak 5 persen sehingga diperkirakan akan sedikit memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi provinsi penghasil migas di kuartal III.

Tak jauh berbeda, pengamat migas, Kurtubi mengatakan volume produksi migas yang terbatas dan penurunan harga minyak yang mencapai 50 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu serta menurunnya minat investasi di bidang pertambangan menjadi alasan minimnya pertumbuhan ekonomi di sektor pertambangan.

Meski demikian, Kurtubi masih optimis bila sektor pertambangan dapat mengalami perbaikan di kuartal III.

"Untuk kuartal III, sektor migas bisa meningkat, harganya juga akan lebih bagus walau volume terbatas tapi hasil.produksi dipastikan bisa meningkat. Hasil tambang, seperti batu bara juga akan lebih baik," jelas Kurtubi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/8).

Sebagai informasi, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan wilayah masih tinggi di Pulau Sulawesi sekitar 8,49 persen, diikui Pulau Bali dan Nusa Tenggara 7,36 persen, Pulau Jawa 5,73 persen, dan Pulau Sumatera 4,49 persen. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER