Total Belum Putuskan Ikut Kelola Blok Mahakam Usai 2017

CNN Indonesia
Jumat, 05 Agu 2016 18:15 WIB
Total E&P Indonesie masih menghitung untung rugi bergabung dengan Pertamina di WK yang terletak di Selat Makasar tersebut.
Total E&P Indonesie masih menghitung untung rugi bergabung dengan Pertamina di WK yang terletak di Selat Makasar tersebut. (Dok. Total)
Jakarta, CNN Indonesia -- Total E&P Indonesie masih belum menentukan sikap terkait keikutsertaannya di dalam pengelolaan Blok Mahakam setelah kontraknya selesai di tahun 2017 dan Wilayah Kerja (WK) tersebut akan dikelola oleh PT Pertamina (Persero) mulai tahun 2018 mendatang.

President and General Manager Total E&P Indonesie, Hardy Purnomo mengatakan, keputusan untuk kembali masuk ke dalam pengelolaan Mahakam pasca 2017 belum menjadi prioritas perusahaan, mengingat hal utama yang menjadi perhatian Total saat ini adalah alih kelola WK yang lancar dan tidak mengganggu produktifitas blok Mahakam. Di samping itu, perusahaan juga masih menghitung untung rugi bergabung dengan Pertamina di WK yang terletak di Selat Makasar tersebut.

"Posisinya masih bukan prioritas kami, karena kami fokus dulu agar transfer bisa berjalan sebaik-baiknya. Kami tunggu bagaimana kondisi sekarang, apakah masih baik atau tidak tapi yang jelas prioritas sekarang bagaimana mentransfer dengan baik agar tidak terjadi production decline," ujar Hardy ditemui di gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (5/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, pengelolaan blok Mahakam oleh Total sendiri dimulai sejak tahun 1968 dan bermitra dengan Inpex Corporation, di mana kedua perusahaan saat ini masing-masing mengempit hak partisipasi sebesar 50 persen.

Perusahaan asal Perancis ini masih berkesempatan ikut mengelola blok Mahakam setelah masa kontraknya habis di tahun 2017 karena Pertamina, selaku operator blok Mahakam baru, bisa memberi hak partisipasi minoritas dengan nilai maksimal 30 persen kepada Total dan Inpex sesuai dengan syarat dan ketentuan pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Mahakam.

Kendati bisa ikut mengelola Mahakam, perusahaan masih belum menentukan sikap. "Kami masih evaluasi dulu, kami mau fokus di transisi saja," jelas Hardy.

Ia melanjutkan, sejauh ini perusahaan baru menandatangani perjanjian peralihan (transfer of agreement/ToA) dengan Pertamina terkait pengelolaan Blok Mahakam pada tanggal 27 Juli 2016 lalu, yang menjamin peralihan pengelolaan dengan mempertahankan kelanjutan operasi selama masa alih kelola. Meski nanti Pertamina akan membiayai investasi blok Mahakam tahun depan, namun Total tetap akan menjadi operator di WK itu.

"Nanti setelah ini akan ada banyak aktivitas, seperti nanti di bulan September kami akan memberikan sosialisasi ke pihak lapangan sana, dan nanti prosesnya akan kami lakukan dengan Pertamina jadi tahapannya masih akan terus jalan sampai tahun 2017. Tapi tetap nanti Total yang akan jadi operator," ujarnya.

Melengkapi ucapan Hardy, Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Zikrullah mengatakan, instansinya akan menerbitkan Surat Keputusan (SK) sebagai payung hukum yang mengatur masuknya Pertamina ke blok Mahakam agar transisi pengelolaan tidak menimbulkan penurunan produksi.

Penerbitan SK ini terbilang penting karena Pedoman Tata kerja (PTK) anak usaha Pertamina di blok Mahakam, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) tidak bisa diatur karena PSC milik PHM belum berlaku efektif.

"PHM kan belum efektif. Nah, sekarang bagaimana supaya masa peralihan ini laju produksi bisa bertahan. Artinya kalau begitu kan program kerja harus berjalan. Agar program kerja jalan, Pertamina harus sudah mulai aktif di masa peralihan. Nah, SK itulah payung hukum yang memastikan PTK itu bisa berlaku," jelas Zikrullah di lokasi yang sama.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER