Jakarta, CNN Indonesia -- Persediaan minyak sawit Indonesia semakin menipis pada paruh pertama tahun ini menyusul stagnasi produksi pada 2015. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menuding bencana kekeringan yang meluas (El Nino) sebagai biang keladinya.
Berdasarkan catatan GAPKI, stok minyak sawit (CPO) Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical per Juni 2016 sebanyak 1,8 juta ton. Setiap bulan rata-rata berkurang 16 persen dari posisi Januari yang sebanyak 4,36 juta ton.
Dari sisi produksi, terjadi penurunan pada kuartal I 2016. Namun trennya berbalik naik pada tiga bulan berikutnya. Secara kumulatif, produksi CPO Indonesia pada paruh pertama turun rata-rata 1,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stagnasi produksi disebabkan oleh dampak dari El Nino tahun lalu. Produksi tahun 2016 masih belum sesuai dengan harapan. Kondisi ini secara otomatis mengikis stok," ujar Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI melalui keterangan tertulis, Selasa (9/8).
Fadhil memperkirakan stok CPO masih akan ketat untuk beberapa bulan ke depan karena permintaan pasar global masih berpotensi meningkat sama halnya dengan kebutuhan di dalam negeri.
"Penyerapan biodiesel dalam negeri terus meningkat. Konsistensi implementasi biodiesel akan mendongkrak permintaan minyak sawit di dalam negeri. Hai ini akan membuat pengusaha menahan stok untuk memenuhi pasokan dalam negeri ketimbang ekspor," jelasnya.
Namun, statistik GAPKI justru menunjukkan bahwa penurunan produksi CPO selaras dengan permintaan ekspor yang juga turun rata-rata 1,79 persen. Penurunan ekspor CPO tertinggi terjadi pada Maret dan April, yakni masing-masing minus 22,2 persen dan 18,8 persen.
Sementara dari pasar domestik, tingkat konsumsi CPO relatif stagnan, yakni rata-rata hanya meningkat 0,69 persen. Bahkan pada Maret lalu, terjadi penurunan permintaan CPO hampir 13 persen di dalam negeri.
(ags)