Perusahaan Asuransi Jumbo Tak Yakin Bisnis Tumbuh Dobel Digit

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Rabu, 10 Agu 2016 11:28 WIB
Pertumbuhan premi industri nan kinclong pada semester I 2016 karena tembus 25,2 persen, dinilai insidental, semata dari penutupan asuransi satelit.
Pertumbuhan premi industri nan kinclong pada semester I 2016 karena tembus 25,2 persen, dinilai insidental, semata dari penutupan asuransi satelit. (Thinkstock/BrianAJackson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah perusahaan asuransi raksasa meramal pertumbuhan bisnis asuransi umum masih suam-suam kuku sampai akhir tahun ini. Pertumbuhan premi industri nan kinclong pada semester I 2016 karena tembus 25,2 persen dinilai insidental, semata dari penutupan asuransi satelit.

Sebagai bukti, PT Asuransi Jasindo (Persero) dan PT Asuransi Adira Dinamika hanya membukukan pertumbuhan premi single digit hingga Juli 2016. Pertumbuhan tipis ini diklaim sejalan dengan makro ekonomi nasional yang melambat.

Jasindo, misalnya, perusahaan asuransi pelat merah ini membukukan premi sebesar Rp2,66 triliun hingga Juli 2016 atau tumbuh 6,6 persen jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 2,5 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tahun ini, kami masih mengupayakan pertumbuhan mencapai target, meski moderat. Target kami, premi tembus Rp5,6 triliun dari Rp4,8 triliun. Berat ya, karena industri masih jalan di tempat,” tutur Sahata L Tobing, Direktur Jasindo, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (10/8).

Hal senada disampaikan Indra Baruna, Direktur Utama Adira Insurance. Menurut dia, untuk mencetak pertumbuhan bisnis persis seperti tahun lalu, tidak mudah. Bahkan, akan menjadi luar biasa di tengah ekonomi makro saat ini yang kurang darah.

Ambil contoh, penjualan properti/rumah dan kendaraan bermotor yang masih lesu akibat lemahnya daya beli masyarakat. Sehingga, mustahil apabila penjualan produk asuransi melesat. Industri asuransi, katanya, terkait erat dengan makro ekonomi.

“Kuartal I, industri tumbuh berapa? 4 persen. Kemudian, kuartal II menjadi besar, ya karena sifatnya hanya insidental. Kalau hal-hal yang insidental itu dikeluarkan, apa iya industri bisa tumbuh drastis? Saya tidak yakin,” imbuh dia.

Adira Insurance sendiri mencatat pertumbuhan premi sebesar 5 persen menjadi Rp1,1 triliun pada paruh pertama tahun ini. Anak usaha Bank Danamon Indonesia tersebut mengaku tidak akan kaget jika hasil akhir tahun nanti preminya tidak mencapai pertumbuhan double digit.

Yasril Y Rasyid, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sebelumnya mengaku optimistis bisnis asuransi umum akan menyentuh 15-20 persen sampai akhir tahun nanti. Kepercayaan diri yang tinggi berkaca pada membaiknya ekonomi makro kuartal II dan harapan dari kebijakan pengampunan pajak. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER