Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengirimkan 105 insinyur ke luar negeri untuk menguasai teknologi pengolahan minyak agar bisa diimplementasikan pada pengembangan dan perbaikan empat kilang yang sudah ada (
Refinery Development Masterplan/RDMP) dan pembangunan dua kilang baru.
Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi menjelaskan, 105 insinyur ini dikirim untuk mempelajari teknologi pengolahan yang mutakhir di bidang kilang. Jika program ini selesai, maka nanti perusahaan bisa mengurangi ketergantungan akan keterlibatan konsultan asing di proyek-proyek kilang yang sedang dan akan dibangun.
"Engineer yang kami kirim ini nanti bertugas untuk alih teknologi, soalnya itu tidak bisa hanya dipelajari begitu saja. Kaitannya dengan hal itu, operasional existing harus tetap beroperasi, sehingga nanti ada
engineer di Indonesia yang memiliki pekerjaan ganda," jelas Rachmad, Rabu (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, insinyur-insinyur yang dikirim ini ada yang berasal dari kantor pusat Pertamina dan ada juga yang berasal dari kilang-kilang perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Para insinyur ini, jelasnya, merupakan pegawai yang terbiasa menangani proses desain teknik dasar (
Basic Engineering Design/BED).
Rachmad menambahkan, sebanyak 25 insinyur dikirim ke Perancis, 40 insinyur dikirim untuk belajar
engineering design dan
engineering review ke Bechtel dan UOP di Amerika Serikat, dan 40 insinyur dikirim untuk belajar
engineering design dan
engineering review ke Foster Wheeler dan Bechtel di Inggris.
"Karena kerja sama dengan Saudi Aramco, maka insinyur yanf bergabung di Inggris dikhususkan untuk RDMP Cilacap. Tahapan ini akan selesai pada Februari 2017, sehingga setelah ini apa yang kami inginkan bisa tercapai, yaitu bisa ikut terlibat lebih jauh di proyek-proyek kami," ujarnya.
Melengkapi ucapan Rachmad, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, seharusnya belanja modal (
capital expenditure) untuk proyek-proyek kilang perusahaan bisa ditekan jika insinyur-insinyur yang dimiliki perusahaan bisa mengerjakan tugasnya sendiri. Bahkan ia menyebut, belanja modal proyek kilang Pertamina bisa turun 10 persen jika proses
engineering bisa dikerjakan sendiri.
Menurutnya, rata-rata belanja modal untuk melakukan RDMP adalah US$5 miliar. Sementara itu, pembangunan kilang baru bisa memakan dana US$12 miliar hingga US$15 miliar.
"Persaingan hari ini adalah persaingan yang punya infrastruktur dan siapa yang bisa bersaing. Namun persaingan di masa depan adalah siapa yang punya teknologi lebih baik," jelasnya.
Sebagai informasi, saat ini Pertamina memiliki enam kilang beroperasi dengan kapasitas maksimal sebesar 1,04 juta barel per hari. Angka itu lebih kecil dibanding permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini sebesar 1,6 juta barel per hari.
Maka dari itu, perusahaan berniat untuk menggandakan kapasitasnya menjadi 2 juta barel per hari pada tahun 2023, dengan memperbaiki empat kilang yang dimiliki di Dumai, Balongan, Balikpapan, dan Cilacap. Selain itu, perusahaan juga membangun dua kilang baru yang akan dibangun di Tuban dan Bontang.
(gir)