Jakarta, CNN Indonesia -- PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA), perusahaan agri-food ternak dan unggas, mengantongi suntikan modal sebesar US$80 juta dari Kohlberg Kravis Roberts & Co LP (KKR), perusahaan investasi global yang berbasis di Amerika Serikat. Bulan lalu, KKR juga memarkirkan dananya ke Go-Jek, transportasi daring Indonesia, sebesar US$400 juta.
Jaka Prasetya, Managing Director KKR menilai, Japfa Comfeed sebagai perusahaan dengan tim manajemen yang kuat. Sehingga, KKR tertarik untuk membenamkan dananya, di mana perubahan demografis yang terjadi telah meningkatkan jumlah masyarakat kelas menengah dan memengaruhi permintaan bahan makanan berkualitas.
"Praktek agrikultur sudah berubah secara drastis dengan adanya kemajuan teknologi. KKR berkomitmen untuk bermitra dengan perusahaan-perusahaan dan tim-tim manajemen yang kuat seperti Japfa," tutur Jaka, Senin (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan lain KKR melakukan investasi lagi di perusahaan nasional, lanjut Jaka, karena Indonesia dinilai sebagai negara yang memiliki peluang yang besar dalam menciptakan perekonomian yang dinamis. Jaka mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar dalam 15 tahun ke depan.
Putut Djagiri, Deputy Head of Corporate Finance JAPFA bilang, saat ini, manajemen menyoroti harapan positif di industri pakan ternak, di mana daging unggas kini menjadi pilihan utama masyarakat. Hal ini dikarenakan, harga daging unggas terjangkau, preferensi diet konsumen, dan dalam rangka peningkatan penetrasi pasar.
Diharapkan, kerja sama Japfa dengan KKR dapat lebih membantu pengembangan bisnis pakan ternak. Terlebih lagi dengan pengalaman investasi yang telah dilakukan KKR hingga saat ini.
"Melihat rekam jejak investasi dan pengalaman investasi KKR dalam mengelola agrikultur di Asia, kami kira KKR merupakan mitra strategis untuk mengembangkan bisnis kami," katanya.
Bayar hutang dan modal kerjaBagi Japfa, sebagian besar permodalan dari KKR rencananya akan digunakan untuk membayar utang perseroan. Sedangkan sisanya akan digunakan untuk modal kerja dukungan ketahanan pangan dan keamanan produk makanan, sekaligus memenuhi permintaan pasar terhadap daging unggas dan protein yang terus naik.
Sayangnya, Putut masih enggan merinci porsi pembagian kegunaan investasi tersebut.
Adapun, untuk kinerja keuangan Japfa, dihimpun dari Daewoo Securities Indonesia, sampai semester I 2016, perseroan meraup pendapatan sebesar 11,5 persen menjadi Rp13,54 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp12,14 triliun.
Dengan pertumbuhan pendapatan tersebut, laba perseroan ikut terdongkrak setelah sempat merugi. Laba bersih Japfa tembus Rp964,1 miliar pada Juni 2016. Pada semester I 2015 lalu, Japfa merugi hingga Rp272,1 miliar.
Peningkatan tersebut diperoleh dari kenaikan pakan dan penjualan pembibitan, serta peningkatan harga jual anak ayam dan ayam broiler sejak awal 2016. Tidak hanya itu, kenaikan juga ditopang oleh tingginya konsumsi unggas pada Ramadan dan Lebaran Juni-Juli lalu.
"Selain itu, biaya pakan yang lebih rendah mengakibatkan margin yang sehat untuk operasi peternakan," imbuh Putut.
Dari semua lini bisnis Japfa, pakan unggas masih berkontribusi paling besar untuk seluruh produksi perusahaan, yakni 45 persen. Diikuti, pertanian komersial dan konsumen produk sebesar 31 persen, lalu anak ayam sebesar sembilan persen, akuakultur tujuh persen, ternak empat persen, dan bisnis lain-lain empat persen.
Hingga saat ini, perusahaan telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp290 miliar. Sebagian besar dana itu telah digunakan untuk produksi pakan ternak.