Impor Barang Konsumsi Meningkat, Waspada Serbuan Produk Asing

Safyra Primadhita | CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2016 17:01 WIB
Melonjaknya impor barang konsumsi dinilai membahayakan karena mencerminkan turunnya daya saing produk dalam negeri.
Aktivitas bongkar muat kapal di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi sepanjang Januari-Juli 2016 mencapai US$6,88 miliar, meningkat  12,31 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$6,13 miliar.

Kepala BPS Suryamin mengingatkan, meskipun pangsa impor barang konsumsi hanya 9,19 persen dari total keseluruhan impor, pemerintah perlu mengantisipasi dampak negatif dari serbuan produk asing.

“Ini harus hati-hati,” tutur Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (15/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kendati secara semesteran meningkat, Suryamin mengatakan, impor barang konsumsi pada bulan lalu turun 36,64 persen menjadi US$723,3 juta dibandingkan dengan nilai yang dibukukan pada Juni 2016 sebesar US$1,14 miliar.

Namun, ia menduga, hal ini lebih disebabkan oleh momentum libur lebaran yang menyebabkan importir telah lebih dulu memasok barang pada bulan-bulan sebelumnya.

Ke depan, Suryamin berharap semakin menggeliatnya industri pengolahan dalam negeri bisa mensubstitusi kebutuhan impor barang konsumsi di masa mendatang.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati menilai naiknya impor konsumsi mencerminkan turunnya daya saing produk dalam negeri.

Kondisi ini, menurut Enny, berbahaya. Pasalnya, di saat bersamaan, kinerja industri dalam negeri juga menunjukkan indikasi penurunan. Hal itu terlihat dari, impor bahan baku atau penolong dan impor barang modal sepanjang Januari-Juli yang masih negatif.

Impor bahan baku atau penolong tercatat anjlok 12,12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya dengan perolehan US$55,89 miliar. Impor kategori tersebut masih mendominasi sebesar sebesar 74,61 persen dari total impor.

Sementara itu, impor barang modal yang mengambil pangsa 15,16 persen dari total impor juga tercatat turun 15,16 persen dengan total nilai US$12,13 miliar.


Melihat hal itu, Enny melihat pemerintah harus memastikan 12 paket kebijakan ekonomi yang telat diterbitkan efektif dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi nasional.

Secara keseluruhan, impor Januari-Juli 2016 tercatat sebesar US$74,91 miliar atau turun 10,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

China Pemasok Dominan

Sebagian besar, impor barang konsumsi itu berasal dari China. Tercatat, impor barang konsumsi dari China sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini mencapai US$1,59 miliar atau naik 8,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Impor barang konsumsi terbesar dari Negeri Tirai Bambu adalah barang konsumsi setengah tahan lama senilai US$572,4 juta, diikuti impor makanan & minuman pokok untuk rumah tangga senilai US$353,6 juta, dan impor barang konsumsi tahan lama senilai US$298,4 juta.

Secara kumulatif, impor dari China sepanjang Januari-Juli  naik tipis sebesar 1,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$16,75 miliar. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER