Jakarta, CNN Indonesia -- Sektor finansial mencatatkan kinerja terbaik dalam indeks sektoral di bursa saham dalam negeri sepanjang pekan ini.
Hal ini disebabkan saham-saham industri perbankan memiliki tingkat likuiditas yang baik. Selain itu, terlihat banyak investor asing yang mengincar saham perbankan.
Menurut analis Lautandhana Securities Krishna Setiawan, hampir setiap hari beli bersih (net buy) di Bursa Efek Indonesia (BEI) didominasi oleh saham perbankan. Selain karena tingkat likuiditasnya yang baik, masih banyak saham perbankan yang harganya murah atau berada di level bawah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena memang secara historis saham perbankan itu masih banyak yang harganya masih di level bawah, belum sampai ke level tertinggi,” ucap Krishna Setiawan kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (19/8).
Pada perdagangan Jumat (19/8), sektor finansial menjadi satu-satunya indeks sektoral yang mengalami pertumbuhan, dibandingkan sembilan sektoral lainnya yang menurun.
Berdasarkan data BEI, indeks sektor finansial naik 0,04 persen, di mana indeks tertinggi mencapai 809,65 dan terendah 803,69. Sementara, terakhir tercatat 804,76.
Kondisi ini berbanding terbalik jika dibandingkan dengan pergerakan indeks sektor finansial yang melemah 0,83 persen sepanjang pekan kemarin. Sementara, level tertinggi yang dicapai hanya 806,84 dan terendah sekaligus tutup di level 791,32.
Lebih lanjut Krishna menjelaskan, saham perbankan memang paling sensitif dengan isu makro seperti pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, naiknya sektor finansial ini juga ditopang oleh pidato Presiden Jokowi pada 16 Agustus lalu mengenai nota keuangan RAPBN 2017 yang berisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 5,2 persen hingga 5,6 persen.
“Ini langsung memicu optimisme pasar,” imbuhnya.
Adapun, indeks sektor lainnya tercatat melemah dibandingkan pekan kemarin. Indeks sektor agrikultur terlihat turun 0,8 persen pada perdagangan hari ini dibandingkan pekan kemarin yang naik 0,46 persen.
Penurunan diikuti oleh indeks sektor industri dasar yang sebelumnya menguat 2,04 persen menjadi melemah 0,6 persen. Begitu juga indeks aneka industri yang melemah pada perdagangan hari ini sebesar 2,11 persen dari sebelumnya yang naik 0,8 persen.
Kemudian, indeks sektor properti juga mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dari pekan kemarin yang naik 2,9 persen. Adapun sektor pertambangan sepanjang pekan kemarin turun 1,23 persen.
Lebih lanjut, untuk sektor barang konsumsi turun 0,47 persen secara mingguan. Sepanjang pekan kemarin, indeks tersebut turun lebih tajam yakni 2,04 persen.
Sektor infrastruktur pada pekan kemarin melemah 2,05 persen, dan hari ini turun 1,98 persen. Untuk sektor barang dan jasa hari ini turun 1,74 persen, berbeda dengan pekan kemarin yang hanya turun tipis 0,97 persen. Terakhir, sektor manufaktur pekan kemarin turun 0,86 persen, sedangkan minggu ini turun 0,8 persen.
Krishna menjelaskan, indeks sektor finansial diprediksi terus memimpin pada perdagangan sepanjang pekan depan. Hal ini disebabkan kemungkinan tidak ada isu positif atau pemberitaan positif terkait sektor lainnya.
Menurutnya, sektor finansial sendiri mudah dalam mendapatkan sentimen positif karena sangat sensitif dengan isu makro atau perekonomian secara keseluruhan. Hal ini berbeda dengan sektor lainnya yang lebih spesifik. Artinya, jika ekonomi bagus maka saham finansial akan bagus.
“Kalau ekonomi bagus belum tentu sektor properti bagus. Properti lebih sensitif terhadap kelonggaran moneter dan penurunan suku bunga. Otomotif juga sensitif dengan suku bunga."
"Kalau makro, secara umum paling responsif perbankan, karena saham-saham perbankan identiknya dengan perekonomian secara keseluruhan. Kalau sektor lain kan enggak, apalagi komoditas yang tergantung harga, atau manufaktur itu lebih pada regulasi kebijakan. Konsumer juga sama kurang lebih gitu. Infrastruktur terkait anggaran,” jelas Krishna.
(gir)