Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memastikan tetap akan memegang kendali dominan terhadap PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sekalipun ada rencana akuisisi oleh PT PLN (Persero).
Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam mengatakan, saat ini masih belum ada kepastian terkait proporsi saham PGE yang akan dilepas, meski Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menginstruksikan PLN mengambil alih 50 persen saham PGE.
"Pertamina akan tetap jadi induk PGE, namun masalah proporsi saham kami belum tahu. Tindak lanjutnya bagaimana, kami serahkan semua ke Kementerian BUMN," jelas Syamsu, Selasa (23/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun belum berani menyebut nilai valuasi saham dan besaran dana yang harus disiapkan PLN untuk mengakuisuisi anak usahnya itu mengingat belum ada kepastian proporsi saham yang harus dilepas. Menurutnya, perseroan masih menunggu hasil kajian resmi dari Kementerian BUMN menyoal itu.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Sofyan Basyir juga belum bisa membuat hitung-hitungan terkait persiapan dana dan besaran saham yang akan dibeli. "Belum ada valuasinya," katanya.
Sarwono Sudarto, Direktur Keuangan PLN juga memilih untuk tutup mulut mnegnai rencana akuisisi saham PGE. Dia enggan memberikan keterangan ihwal sumber pendanaan yang akan digunakan dalam aksi korporasi tersebut. "Itu nanti saja," singkatnya.
Sebagai informasi, PLN berencana mengakuisisi PGE demi mengembangkan eksplorasi panas bumi dan membuat harga listrik panas bumi semakin murah. Sementara Pertamina berharap, akusisi PGN bisa meningkatkan instalasi pembangkit listrik tenaga panas bumi dari angka saat ini 450 MW menjadi 1.000 MW beberapa tahun ke depan.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, proporsi penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ditargetkan sebesar 40,82 persen dari pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 7.422 Megawatt (MW) di tahun 2025. PLN juga mencatat adanya potensi listrik tenaga panas bumi sebesar 29.164 MW.
(ags)