Jakarta, CNN Indonesia -- Saudi Aramco, perusahaan minyak asal Arab Saudi, akan mengurangi kepemilikannya dalam proyek penambahan kapasitas dan kompleksitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Cilacap. Dalam proyek tersebut, Saudi Aramco menggandeng PT Pertamina (Persero).
Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, Saudi Aramco akan mengurangi keikutsertaannya dalam proyek RDMP Cilacap dari posisi saat ini sebesar 45 persen menjadi hanya 35 persen.
"Saya tidak tahu alasannya. Mungkin, bisa jadi mereka kurang pendanaan," ujarnya ditemui di Gedung kementerian ESDM, Rabu (24/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanya, Luhut berharap, Saudi Aramco dan Pertamina segera meneken kesepakatan perusahaan patungan (joint venture agreement) di kilang Cilacap. Dengan demikian, realisasinya bisa lebih cepat dilaksanakan. Ia mengatakan, penegasan ini bakal dibahas pada kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia pada bulan Oktober mendatang.
"Kami bilang, Saudi Aramco harus seperti Rosneft, yang kami anggap progress di kilang Tuban sangat cepat. Jangan hanya omong-omong saja, kami maunya konkret," jelasnya.
Kini, proyek RDMP kilang Cilacap sudah dalam tahap penunjukan kontraktor konstruksi yang dimenangkan oleh Amec Foster Wheeler Energy Ltd. Setelah itu, joint venture agreement akan ditandangani dan pengerjaan konstruksi proyek senilai US$5,5 miliar tersebut dapat dimulai tahun 2019 dan diperkirakan selesai tahun 2022 mendatang.
Di samping kilang Cilacap, Luhut juga menyebut kerja sama dengan Saudi Aramco di proyek RDMP Balongan dan Dumai yang belum menunjukkan kemajuan berarti. Namun begitu, ia berjanji, pemerintah akan terus menagih komitmen Saudi Aramco untuk pengerjaan dua kilang tersebut.
"Kami mau RDMP ini semuanya selesai tahun 2021. Namun, mereka bilang tahun 2022, dan ini yang akan kami kejar ke mereka," imbuh dia.
Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengaku, belum menerima laporan dari Saudi Aramco terkait hal tersebut. Ia juga mengaku, belum tahu skenario apa yang akan diambil jika memang Saudi Aramco akan melepas sahamnya di kilang Cilacap, antara mencari mitra baru atau memperbesar investasi di proyek tersebut.
"Sejauh ini, kami masih jalan dengan skema 55 persen untuk Pertamina dan 45 persen Saudi Aramco. Kalau memang akan dilepas, kami tak bisa tebak dampaknya nanti akan bagaimana. Harus dibicarakan secara detil," jelas Rachmad melalui sambungan telepon, Rabu (24/8).
Sebagai informasi, Saudi Aramco sebelumnya telah sepakat bermitra dengan Pertamina untuk proyek RDMP di kilang Dumai, Balongan, dan Cilacap. Ketiga proyek tersebut merupakan bagian dari penambahan kapasitas kilang Pertamina dari posisi saat ini 1,043 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari di tahun 2023.
Selain Dumai, Balongan, dan Cilacap, perusahaan juga melakukan RDMP bagi kilang Balikpapan yang dikerjakan secara swadaya, dan juga membangun kilang baru di Bontang dan Tuban.
(bir/gen)