Pertamina Cari Pembeli Gas Jambaran Pengganti Pupuk Kujang

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 30 Agu 2016 18:45 WIB
Pertamina batal memasok gas ke pabrik Pupuk Kujang Cikampek dan harus mencari pembeli lain untuk bisa memulai produksi gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan seusai mengikuti rapat terkait Blok Mahakam di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Selasa (23/8). (Antara Foto/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) tengah mencari pembeli gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru di Wilayah Kerja Cepu setelah gagal memasok gas ke pabrik Pupuk Kujang Cikampek (PKC).

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menjelaskan, produksi gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru tidak bisa dilakukan sebelum ada pembeli. Pasalnya, perusahaan tak ingin gas yang sudah ada menjadi mubazir.

Sebagai informasi, produksi gas di lapangan Jambaran-Tiung Biru akan dilakukan tahun 2019 sesuai dengan rencana pengembangannya (Plan of Development/PoD).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masalah pembeli ini harus dipecahkan, kami akan cari pembeli yang lain. Yang harus dipahami, jika belum clear pembelinya, makan kami tidak akan bisa eksploitasi," ujar Dwi di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Senin (29/8).

Ia mengakui, penyerapan gas Jambaran-Tiung Biru ini terhambat karena harganya yang tinggi. Namun, ia berharap perseroan bisa melakukan efisiensi di ongkos produksi.

Sesuai dengan rencana pengembangannya, harga gas lapangan Jambaran-Tiung Biru tercatat sebesar US$8 per MMBTU dengan eskalasi 2 persen per tahun yang terhitung sejak tahun 2012.

"Kalau harga bisa di posisi US$6 per MMBTU atau US$7 per MMBTU sepertinya masih bisa. Kami coba pelajari lagi," jelasnya.

Melengkapi ucapan Dwi, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, sampai saat ini belum ditemukan solusi untuk menurunkan harga keekonomian gas Jambaran-Tiung Biru karena biaya investasinya yang mahal. Pasalnya, sebanyak 34 persen gas dari lapangan tersebut mengandung karbon dioksida dan hidrogen sulfida.

"Harga keekonomian masih tinggi, jadi itu masih dibahas apa yang bisa dioptimumkan dan apa yang bisa diturunkan biayanya," jelas Wiratmaja di lokasi yang sama.

Pada awalnya, PT Pertamina EP Cepu, selaku Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) lapangan Jambaran Tiung-Biru telah sepakat untuk menyalurkan gas untuk pabrik Pupuk Kujang Cikampek yang rencananya akan dibangun di tahun 2021. Tadinya, Pupuk Kujang akan menyerap gas sebesar 81 MMSCFD, atau 43,78 persen dari produksi Jambaran-Tiung Biru sebesar 185 MMSCFD.

Namun, harga yang diminta Pupuk Kujang lebih kecil dari harga Pertamina, yaitu sebesar US$7 per MMBTU. Belakangan, Pupuk Kujang meminta harga gas yang lebih rendah lagi mengingat harga pupuk internasional kini sedang anjlok. Akhirnya, lapangan Jambaran-Tiung Biru tidak jadi memasok gas untun Pupuk Kujang. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER