Sri Mulyani: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% Susah Dicapai

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 30 Agu 2016 20:00 WIB
Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi, sepanjang paruh kedua tahun ini pemerintah akan mengandalkan sektor konsumsi rumah tangga dan investasi.
Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi, sepanjang paruh kedua tahun ini pemerintah akan mengandalkan sektor konsumsi rumah tangga dan investasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen sulit dicapai.

"Outlook (pertumbuhan ekonomi) sebesar 5,2 persen saya akui memang cukup berat. Saya akui itu adalah sangat berat karena dengan target 5,2 persen itu kita mengharapkan pertumbuhan ekonomi semester II itu tumbuh di atas 5,3 persen, bahkan 5,4 persen," tutur Sri Mulyani saat menghadiri rapat kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (30/8).

Sebagai pengingat, pada kuartal I 2016, realisasi pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 4,92 persen. Kemudian, pada kuartal II realisasi pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,14 persen sehingga secara rata-rata kumulatif pertumbuhan ekonomi paruh pertama tahun ini hanya sebesar 5,04 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri Mulyani mengatakan, faktor-faktor agregat pertumbuhan ekonomi tengah berada di posisi yang mengancam daya dorong ekonomi. Dari sisi perdagangan internasional, perlambatan perekonomian dunia dan turunnya harga komoditas masih menekan permintaan ekspor.

Sementara, daya dorong belanja pemerintah terhadap ekonomi juga akan turun menyusul penghematan belanja negara jilid II yang terdiri dari penghematan belanja pusat sebesar Rp64,7 triliun dan dana transfer ke daerah serta dana desa sebesar Rp72, 9 triliun.

Oleh karena itu, sepanjang paruh kedua tahun ini pemerintah akan mengandalkan sektor konsumsi rumah tangga dan investasi. Daya dorong konsumsi rumah tangga akan muncul saat inflasi terjaga di level rendah.

"Kami akan koordinasi dengan Bank Indonesia untuk membuat inflasi terus rendah sehingga rakyat merasa daya belinya tidak tergerogoti," ujarnya

Sementara, sektor investasi akan bangkit jika ada kepercayaan (confidence) pada perekonomian domestik.

Postur APBNP 2016 Tidak Realistis

Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga mengeluhkan postur anggaran tahun ini yang tidak realistis. Pasalnya, pemerintah dan DPR dalam memasang target penerimaan maupun pagu belanja tahun ini berdasarkan target APBNP 2015, bukan berdasarkan proyeksi realistis perekonomian tahun ini yang dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global.

Sebagai gambaran, penerimaan perpajakan dalam APBNP 2016 ditargetkan sebesar Rp1.539,17 triliun jauh lebih tinggi dari realisasi tahun lalu sebesar Rp1244, 7 triliun. Padahal, realisasi penerimaan perpajakan tahun lalu meleset (shortfall) sekitar Rp248 triliun dari target APBNP 2015 sebesar Rp1.489,3 triliun.

Tahun ini, penerimaan perpajakan yan diperkirakan akan shortfall sebesar Rp219 triliun dari target Rp1.539,17 triliun. Akibatnya, pemerintah terpaksa melakukan penyesuaian belanja negara.

"Kami menganggap penerimaan perpajakan total (tahun ini) sebesar Rp1.539 triliun atau pajak non migas sebesar Rp1.318,9 triliun adalah sangat tidak realistis dibandingkan dengan realisasi tahun 2015,"ujarnya. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER