Menkeu Akui Pemangkasan Belanja Negara Gerus Laju Ekonomi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 01 Sep 2016 12:46 WIB
Pemerintah menurut Sri Mulyani harus rela target pertumbuhan ekonomi 2016 meleset 0,1 persen akibat pemangkasan belanja instansi pemerintah.
Pemerintah menurut Sri Mulyani harus rela target pertumbuhan ekonomi 2016 meleset 0,1 persen akibat pemangkasan belanja instansi pemerintah. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui pemangkasan belanja negara sebesar Rp137,6 triliun berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pemerintah menurutnya harus rela target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen diperkirakan meleset 0,1 persen.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun dari kisaran 5-5,4 persen menjadi 4,9-5,3 persen. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan pemangkasan belanja negara oleh pemerintah untuk menyesuaikan dengan perkiraan kurangnya (shortfall) penerimaan perpajakan sebesar Rp219 triliun.

“Saya yakin, pemangkasan ada pengaruhnya dari sisi growth. BI sudah mengatakan mereka akan mengoreksi sampai 0,1 persen,” tutur Sri Mulyani, tadi malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengamini memiliki perhitungan koreksi pertumbuhan ekonomi yang angkanya hampir sama dengan BI yaitu 0,1 persen.

Untuk itu, bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia menginstruksikan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) untuk melakukan proyeksi ulang menggunakan model ekonomi. Hasilnya akan dijadikan basis penetapan asumsi makro rancangan anggaran negara tahun depan

"Saya sudah meminta BKF untuk melakukan exercise modeling. Saya hampir yakin, mungkin hampir sama dengan BI bacaan kami. Jadi kalau pun ada koreksi dari sisi growth mungkin adalah sekitar 0,1 persen," kata Sri Mulyani..

Upaya Terbaik

Perempuan yang kerap disapa Ani menilai pemerintah perlu hati-hati dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun. Pasalnya, kondisi perekonomian global masih tidak kondusif untuk mendukung perekonomian domestik.

“Sekarang lihat, lingkungan global dengan situasi di Amerika kemungkinan Janet Yellen (Gubernur Bank Sentral AS) akan menaikkan suku bunganya dan beberapa dari faktor perdagangan internasionalnya juga masih lemah,” ujarnya.

Kendati demikian, sektor domestik masih berpotensi menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi tahun ini. Stimulus itu berasal dari berjalannya proyek infrastruktur, tingkat inflasi yang rendah, dan suku bunga yang mulai turun. Hal itu menjadikan laju perekonomian tidak harus tergantung kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

“Jadi ada faktor-faktor postif yang saya tentu berharap ini akan menciptakan stimulus terhadap perekonomian yang tidak hanya tergantung kepada APBN. Itu yang merupakan faktor-faktor yang kami sebagai pemerintah perlu jaga,” ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, postur APBN hanya merupakan salah satu faktor untuk menggerakkan perekonomian. Meskipun penerimaan perpajakan diperkirakan shortfall Rp219 triliun dan anggaran belanja negara tahun ini dipangkas, Sri Mulyani meyakini APBNP 2016 masih memiliki daya dorong terhadap perekonomian tahuh ini.

“Sebetulnya, APBN kita dengan defisit yang diperkirakan akan mencapai 2,5 persen itu masih memiliki daya stimulus yang cukup besar kepada perekonomian. Jadi kita upayakan saja yang terbaik,” ujarnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER