Agus Marto Ingin Deflasi Agustus Dimaknai Hasil Kerja BI

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 02 Sep 2016 12:27 WIB
Sebelumnya, Sri Mulyani menyatakan pemerintah perlu waspada melihat capaian deflasi Agustus. Pasalnya, hal itu menandakan pelemahan daya beli masyarakat.
Gubernur BI Agus Martowardojo menilai, deflasi Agustus menunjukkan keberhasilan upaya BI dan pemerintah dalam mengendalikan tingkat inflasi. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay).
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo ingin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memandang deflasi Agustus sebesar 0,02 persen berkat koordinasi yang dilakukan bank sentral dengan pemerintah pusat dan daerah untuk menjaga inflasi. Agus tidak ingin koleganya tersebut hanya memaknai deflasi akibat permintaan masyarakat yang rendah.

Sebelumnya, Sri Mulyani menyatakan pemerintah perlu waspada melihat capaian deflasi Agustus. Pasalnya, hal itu menandakan pelemahan daya beli masyarakat.

Namun, Agus menilai, deflasi Agustus menunjukkan keberhasilan upaya BI dan pemerintah dalam mengendalikan tingkat inflasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita bisa mencapai deflasi (Agustus) 0,02 persen itu memang ada kondisi karena permintaan lemah tetapi juga hasil daripada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkoordinasi bersama BI sehingga inflasi dapat terjaga rendah, " tutur Agus di Gedung DPR, Kamis (1/9) malam.

Menurut Agus, Indonesia memerlukan level inflasi yang rendah, stabil, dan terjaga. Kondisi itu membuat Indonesia memiliki daya saing yang lebih baik, perencanaan ekonomi yang lebih baik, dan perekonomian yang lebih efisien.

"Kalau dibandingkan lima tahun terakhir, 2009 sampai 2014, (inflasi) month to month-nya itu di 0,74 persen sekarang bisa 0,02 deflasi. Jadi kondisinya baik dan terkendali," ujarnya.

Agus mengungkapkan, pengendalian inflasi di Indonesia jauh lebih berat dibandingkan dengan negara lain mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas. Potensi inflasi bisa timbul saat upaya distribusi dan pemerataan ketersediaan pasokan pangan tidak tercapai.

"Hanya masalah distribusi dan masalah ketersediaan pasokan pangan itu sudah bisa membuat inflasi yang tinggi karena (harga) di beberapa daerah terkendali. Tetapi (harga) di daerah tertentu meningkat otomatis inflasi menjadi tinggi, " ujarnya.

Saat ini, kata Agus, dunia memang tengah menghadapi tantangan rendahnya tingkat inflasi. Hal ini mengkhawatirkan, terutama bagi negara maju, karena mencerminkan lemahnya permintaan yang menghalangi kenaikan harga.

Rendahnya inflasi juga terasa di kawasan ASEAN. Disebutkan Agus, tadinya inflasi rata-rata negara di kawasan ASEAN di bawah empat persen tapi sekarang ada di bawah dua persen.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi sebesar 0,02 persen pada Agustus lalu akibat koreksi harga bahan makanan, tarif angkutan dan pulsa seluler pasca Hari Raya Idul Fitri.

Inflasi tahun kalender tahun ini tercatat sebesar 1,74 persen dan laju inflasi secara tahunan (Year on Year/YoY) sebesar 2,79 persen. Adapun laju inflasi inti tercatat sebesar 0,36 persen atau tumbuh 3,32 persen (YoY) (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER