Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun dari kisaran 5-5,4 persen menjadi 4,9-5,3 persen.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, koreksi tersebut akibat upaya penghematan anggaran belanja pemerintah tahun ini yang sebesar Rp133 triliun.
Pemangkasan anggaran belanja tersebut dinilai BI mampu memperlambat laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV mendatang. Di kuartal III dan IV mendatang BI memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional masing-masing hanya akan mencapai 5,14 persen dan di bawah 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kami melihat di kuartal III, BI melihat bahwa pertumbuhan ekonomi masih akan lebih baik dan ini tentu karena ditopang oleh domestik ekonomi kita. Namun kami juga lihat ada potensi sedikit menurun karena memahami pemerintah akan menyesuaikan fiskalnya," kata Agus dalam konferensi pers di Gedung BI, Jumat (19/8) malam.
Meski pertumbuhan ekonomi selama semester I-2016 sempat melebihi 5 persen, Agus menilai perbaikan ekonomi tersebut hanya didorong oleh perbaikan ekonomi di Jawa dan Sumatera saja. Sementara daerah lainnya, seperti Kalimantan dan kawasan Indonesia Timur belum optimal mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Deputi Gubernur Senior BI Perry Warjiyo mengatakan, selain pemangkasan anggaran belanja pemerintah, faktor lain yang berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang masih cenderung menurun.
"Kami lihat ada proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2016 hanya 3,1 persen dan di 2017 hanya 3,2 persen, turun dari yang sebelumnya diperkirakan 3,3 dan 3,4 persen. Faktor kedua ini juga mendorong kenapa BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelas Perry.
Faktor ketiga yang dinilai menjadi penghambat laju pertumbuhan ekonomi menurut BI adalah kondisi permintaan domestik yang masih memerlukan waktu untuk pulih. Meski tanda-tanda perbaikan permintaan yang ditandai dengan peningkatan investasi sudah terlihat, tetapi indikator tersebut tidak sekuat yang diperkirakan.
"Tapi BI yakin tren pemulihan ekonomi akan tetap, dan Indonesia sudah melewati titik terendah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun yang lalu," jelas Perry optimistis.
Primadona InfrastrukturMenurut Agus, implementasi kebijakan Undang-Undang Pengampunan Pajak (
tax amnesty) memberi angin segar bagi perekonomian Indonesia di paruh tahun tersisa.
BI berharap berkah dari uang tebusan dan dana repatriasi
tax amnesty mampu mengalir ke sektor produktif sehingga bisa menimbulkan efek pengganda (
multiplier effect) bagi perekonomian domestik meski pemerintah harus memangkas anggaran.
"Kami memproyeksi berbagai sektor yang akan berkembang terutama adalah infrastruktur, properti, pertanian dan pariwisata. Investor masih cukup tertarik dengan sektor-sektor tersebut," jelasnya.
Selain empat sektor tersebut, Agus juga memproyeksikan industri pengolahan juga masih memiliki daya tarik bagi investor sehingga diharapkan dana
tax amnesty mengalir ke sektor tersebut.
(gir)