Peningkatan Cadangan Minyak Chevron Tertahan Pelemahan Harga

CNN Indonesia
Selasa, 06 Sep 2016 09:12 WIB
Pihak Chevron menilai saat ini harga minyak tak kunjung membaik, sehingga proyek tak akan ekonomis jika dipaksakan berjalan skala penuh.
Pihak Chevron menilai saat ini harga minyak tak kunjung membaik, sehingga proyek tak akan ekonomis jika dipaksakan berjalan skala penuh. (Dok. Chevron)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan minyak swasta, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) menyatakan belum bisa memaksimalkan peningkatan cadangan minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR) di lapangan Minas, Wilayah Kerja (WK) Rokan dengan injeksi surfaktan. Pasalnya, saat ini harga minyak tak kunjung membaik, sehingga proyek tak akan ekonomis jika dipaksakan berjalan skala penuh (full scale)

Presiden Direktur CPI, Albert Simanjuntak menjelaskan, saat ini perusahaan masih mencari pola EOR yang paling efisien bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). Karena pada formula awal, EOR bisa ekonomis jika harga minyak berada di angka US$80 per barel.

"Saat ini EOR baru kami kembangkan satu pattern dan uji surfaktan yang dilakukan itu adalah tahapan yang paling akhir dari beberapa seri EOR. Sekarang, kami sedang mencari pola yang paling ekonomis," terang Albert di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin (5/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka dari itu, lanjutnya, tahap EOR di lapangan Minas sampai saat ini baru sebatas uji coba semata dan belum dilanjutkan lagi. Kendati demikian, fasilitas EOR tetap disimpan oleh perusahaan jika sewaktu-waktu proyek ini dilanjutkan kembali.

"Yang baru kami lakukan kemarin adalah sebatas mengembangkan satu pola titik sumur untuk membuktikan keteknisannya. Hasilnya, produksi bisa naik sampai 22 persen, atau lebih tinggi dibandingkan catatan teoritisnya," lanjutnya.

Lebih lanjut Albert mengatakan, implementasi EOR bisa membantu menahan tingkat penurunan produksi (declining rate) blok Rokan ke depannya. Menurut data yang dimilikinya, declining rate blok Rokan di tahun 2016 diprediksi sebesar 10,5 persen, dan akan meningkat menjadi 11,7 persen di tahun 2017.

Di tahun depan, Chevron menargetkan lifting minyak sebesar 228,91 barel per hari, atau menurun 8,79 persen dibandingkan target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (APBNP) 2016 sebesar 250,9 barel per hari.

"Januari 2016 kami bisa produksi 263 ribu barel per hari, dan Desember nanti rata-rata lifting setahun bisa mencapai 250 ribu barel per hari. Harga minyak yang turun juga membuat kami mengurangi pengeboran sumur dan kerja ulang (workover) sumur," lanjutnya.

Sementara, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, EOR dengan injeksi surfaktan belum bisa dilakukan secara full scale karena kontrak bagi hasil produksi (Production Sharing Contract/PSC) Chevron di blok Rokan akan habis di tahun 2021.

Pasalnya, jika PSC tidak diteruskan dan harga minyak tak kunjung membaik, maka teknologi EOR yang terpasang secara full scale akan mubazir. Alasannya, pelaksanaan EOR menelan biaya yang tak sedikit, dan ujicobanya membutuhkan waktu yang lama.

"Setelah diskusi dengan Chevron, karena PSC mau habis, sehingga EOR belum diputuskan full scale. Namun, biayanya sudah dianggap sebagai bagian dari cost recovery," ujarnya.

Sebagai informasi, ujicoba EOR di lapangan Minas memakan biaya sebesar US$225 juta. Sementara itu, biaya operasional proyek yang telah dikembalikan ke Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) tercatat sebesar US$179 juta, sebagai bagian dari cost recovery tahun 2015.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER