Total Mengaku Tak Lagi Bergairah Sedot Blok Mahakam

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 05 Sep 2016 17:15 WIB
Pengurangan aktivitas disebabkan oleh nilai keekonomian lapangan-lapangan di Blok Mahakam yang terus menurun.
Pengurangan aktivitas disebabkan oleh nilai keekonomian lapangan-lapangan di Blok Mahakam yang terus menurun. (Dok. Sekretariat Kabinet).
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan minyak asal Perancis, Total E&P Indonesie akan mengurangi aktivitas produksi di blok Mahakam mulai tahun depan. Selain memasuki masa transisi karena akan dikelola oleh PT Pertamina (Persero) pada 2018, pengurangan aktivitas ini disebabkan karena nilai keekonomian lapangan-lapangan di blok Mahakam juga menurun.

President and General Manager Total Hardy Pramono menjelaskan, turunnya nilai keekonomian rata-rata lapangan di blok Mahakam terjadi karena sumur-sumur yang ada (existing) sudah terbilang tua. Ia menyebut diperlukan perawatan khusus (well services) untuk menjaga produksinya.

Namun, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk perawatan sumur malah lebih besar dibandingkan hasil penjualan produksinya karena harga minyak yang belum menunjukkan perbaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selain sedang dalam masa transisi, nilai keekonomian blok Mahakam juga terbilang menurun. Lapangan kita ibaratnya juga sudah mature dan kami pun sedang memikirkan caranya untuk mengefisienkan cost pengembangan sumur," ujar Hardy di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (5/9).

Akibatnya, perusahaan menargetkan penurunan lifting minyak sebesar 11.500 barel per hari (bph) pada tahun depan, atau 17,88 persen. Sementara itu, target lifting gas tahun depan justru turun sebesar 76.600 setara barel minyak per hari (BOEPD).

Meski bisa menambah lifting dari pengeboran baru, namun perusahaan juga tidak memilih langkah tersebut. Pasalnya, harga minyak yang rendah juga membuat pengeboran baru dianggap kurang ekonomis

Hardy menuturkan, saat ini Total memiliki sumur yang terdapat di lepas pantai (offshore) dan di delta sungai. Untuk mengebor satu sumur offshore dan delta, rata-rata investasi yang digelontorkan masing-masing sebesar US$30 juta dan US$7 juta.

Namun menurutnya, angka itu baru ekonomis jika harga minyak berada pada kisaran US$100 per barelnya. "Dengan lapangan yang sudah mature dan harga minyak saat ini, angka itu tidak akan ekonomis," katanya.

Di samping itu, jarak antara satu sumur dengan sumur lain di blok Mahakam juga sudah sangat pendek, sehingga ruang untuk melakukan pengeboran baru juga semakin kecil. Kendati demikian, perusahaan tetap akan mengebor 24 sumur di blok Mahakam dan Tengah pada tahun depan demi menekan angka penurunan produksi (declining rate).

"Kami sebelumnya telah lakukan berbagai upaya dan berhasil membuat penurunan produksi di tahun 2016 sebesar 1 persen apabila dibandingkan tahun 2016. Memang tahun depan angka penurunannya besar, tapi di tahun jni kami harap bisa mempertahankan decline di bawah 5 persen," lanjutnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER