SETAHUN PAKET EKONOMI

Penerbitan Izin Investasi 3 Jam Tak Cukup Dongkrak Investasi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 09 Sep 2016 06:24 WIB
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati menilai untuk bersedia menanam duit di Indonesia, investor tidak hanya butuh perizinan investasi instan.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati menilai untuk bersedia menanam duit di Indonesia, investor tidak hanya butuh perizinan investasi instan. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Paket kebijakan ekonomi jilid II yang dirilis pemerintah pada 29 September 2015 lalu menitahkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk dapat menerbitkan izin investasi dalam waktu 3 jam sejak permohonan diajukan. Namun, kebijakan tersebut dinilai Institute for Development of Economics and Finance (Indef) tidak cukup efektif dalam mendongkrak investasi.

Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati menilai untuk bersedia menanam duit di Indonesia, investor tidak hanya butuh perizinan investasi instan. Namun juga berharap bisa dengan mudah mendapatkan lahan, bisa menggunakan infrastruktur di daerah tujuan investasinya, dan kemudahan pengurusan izin pendamping seperti Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

“Kalau hal-hal itu tidak ada, sekalipun sudah mengurus izin kurang dari 3 jam ya tetap saja tidak terealisasi investasinya,” tutur Enny saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, upaya percepatan pengurusan izin investasi perlu paralel dengan upaya perbaikan lain sehingga pelaku usaha bersedia merealisasikan investasinya di Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada kuartal II tahun ini, pertumbuhan investasi mengalami perlambatan. Pertumbuhan investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh sebesar 5,06 persen secara tahunan (yoy) atau lebih rendah dari capaian kuartal sebelumnya 5,57 persen (yoy).

Perlambatan pertumbuhan investasi juga diperkuat dengan turunnya penjualan semen pada kuartal lalu. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pertumbuhan penjualan semen kuartal kedua hanya 5 persen secara tahunan. Padahal, pada kuartal sebelumnya, penjualan semen bisa tumbuh 6,7 persen (yoy).

Perlambatan pertumbuhan investasi kemungkinan akan berlanjut hingga kuartal III. Pasalnya, optimisme pelaku bisnis yang tercermin dari indeks tendensi bisnis kuartal ketiga tahun ini diperkirakan hanya sebesar 109,06 poin, lebih rendah dibandingkan realisasi kuartal II sebesar 110,24 poin.

Sementara, BKPM mencatat realisasi investasi hingga semester I 2016 telah mencapai Rp294,8 triliun atau naik 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi investasi sepanjang enam bulan pertama tahun ini sudah mencapai 50,1 persen dari target tahun ini yang ditetapkan Rp594,8 triliun.

BKPM mencatat investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) dalam realisasi investasi semester I masih menjadi menjadi penyumbang terbesar. Nilainya mencapai Rp195,5 triliun atau 65,6 persen dari total investasi. Sisanya disumbang dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Kendati demikian, pertumbuhan investasi PMDN jauh lebih tinggi dari dari PMA. Realisasi investasi PMDN meningkat 20,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan peningkatan investasi PMA hanya 12,1 persen. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER