Jakarta, CNN Indonesia -- Himpunan Bank-bank milik Negara (HIMBARA) sepakat mensinergikan sistem pembayaran dengan menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Sinergi ini akan menghemat biaya dalam pengelolaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang diperkirakan mencapai Rp6,8 triliun per tahun.
HIMBARA yang beranggotakan PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengajak Telkom membentuk perusahaan prinsipal yang akan memfasilitasi proses
switching transaksi di antara bank-bank pelat merah tersebut.
Prinsipal juga diharapkan memegang peranan utama dalam pembentukan ekosistem dari
National Payment Gateway (NPG) .
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara bank-bank anggota HIMBARA dan Telkom dilakukan oleh Direktur Utama (Dirut) BRI Asmawi Syam, Dirut Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Dirut BNI Achmad Baiquni, Dirut BTN Maryono dan Dirut Telkom Alex J Sinaga serta disaksikan oleh Menteri BUMN Rini M. Soemarno dan Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (9/9).
Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan sinergi ini bisa meningkatkan efisiensi transaksi perbankan dan kedaulatan sistem pembayaran di Indonesia.
"Dengan adanya NPG maka kontrol terhadap transaksi domestik khususnya Alat Pembayaran Menggunakan Kartu domestik yaitu kartu debit dan kartu kredit dapat dilaksanakan di dalam negeri, " kata Rini di kantornya, Jumat (9/9).
Selain itu, sinergi ini juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap prinsipal asing seperti Visa dan Mastercard. Rini juga menargetkan sinergi antar bank pelat merah bisa menghemat devisa dari berkurangnya pembayaran
fee terhadap prinsipal asing.
Menurut Rini, pembentukan ekosistem NPG merupakan salah satu inisiatif strategis yang menyokong visi pemerintahan Republik Indonesia untuk
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa jumlah transaksi kartu debit naik 153 persen dari 138 juta transaksi di tahun 2011 menjadi 349 juta transaksi pada tahun 2015.
Jumlah ini diperkirakan akan tumbuh 217 persen menjadi 1,1 miliar transaksi pada 2020. Adapun, jumlah transaksi kartu kredit pada 2015 mencapai 281 juta transaksi, tumbuh 34 persen dibandingkan tahun 2011 dan diperkirakan akan meningkat 45 persen menjadi 407 juta transaksi pada 2020.
Dengan terciptanya ekosistem NPG, diharapkan akan tercipta efisiensi di dalam sistem pembayaran nasional. Di samping itu, bank-bank Himbara saat ini sedang bekerja sama untuk mewujudkan sinergi infrastruktur ATM dan
electronic data capture (EDC) . Di tahun 2016, diharapkan 10,000 ATM dan 10,000 EDC bank-bank Himbara sudah beroperasi.
Pada tahap awal, pembentukan entitas perusahaan yang akan menjadi prinsipal dilakukan oleh Telkom melalui penyertaan modal awal yang bersifat sementara hingga terbentuknya
Holding BUMN Keuangan. Selanjutnya,
Holding BUMN Keuangan akan menjadi pemegang saham mayoritas dalam perusahaan prinsipal.
Pada 24 Agustus lalu, bos Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo memperkirakan investasi yang harus dikeluarkan oleh bank-bank BUMN untuk membentuk perusahaan switching ATM ini mencapai lebih dari Rp1 triliun.
Sementara PT Rintis Sejahtera yang mengelola transaksi keuangan melalui jaringan ATM Prima mengkhawatirkan pembentukan perusahaan
switching ATM oleh bank-bank BUMN akan menghasilkan persaingan usaha yang kurang kompetitif.
Iwan Setiawan, Presiden Direktur Rintis Sejahtera menyebut kehadiran perusahaan
switching pelat merah bisa mengurangi pangsa pasar perusahaan yang merupakan pemain lama.
Jika nantinya empat bank HIMBARA memutuskan untuk keluar dari jaringan perusahaan
switching lain, Iwan berharap perusahaan tersebut bisa berkolaborasi dengan perusahaan
switching yang sudah ada dan tidak melakukan praktik monopoli.
"Apakah nanti mereka akan keluar dari jaringan Prima atau tidak itu urusan mereka. Prinsipnya jangan memonopoli atau mematikan yang lain. Kita berkolaborasi terus memperluas jaringan layanan," ujarnya.
Untuk diketahui, saat ini terdapat empat perusahaan operator jaringan ATM di Indonesia yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis pengelola jaringan ATM Bersama, Rintis Sejahtera (ATM Prima), PT Sigma Cipta Caraka (ATM Link), dan PT Daya Network Lestari (ATM Alto).
(gen)