Sektor Konsumsi dan Barang Pimpin Indeks Sektoral Pekan Ini

Dinda Audriene Mutmainah | CNN Indonesia
Jumat, 16 Sep 2016 19:47 WIB
Berdasarkan data BEI, indeks sektor konsumsi barang dan jasa naik 1,26 persen menjadi 2.462,065 jika dibandingkan dengan pekan lalu 2.431,242.
Berdasarkan data BEI, indeks sektor konsumsi barang dan jasa naik 1,26 persen menjadi 2.462,065 jika dibandingkan dengan pekan lalu 2.431,242, Jumat (16/9). (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Sektor konsumsi dan barang berhasil memimpin indeks sektoral pekan ini di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini didorong konsumsi masyarakat yang meningkat jika dilihat dari data penjualan semen dan otomotif.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menuturkan, terjadi kenaikan penjualan otomotif pada Agustus tahun ini jika dibandingkan dengan periode tahun lalu. Berdasarkan data penjualan Astra International, penjualan untuk produk dari grup Astra meningkat, yaitu 57.192 unit sedangkan Agustus tahun lalu sebanyak 48.949 unit.

"Penjualan semen, penjualan otomotif itu mengalami kenaikan. Itu otomatis mencerminkan pola kenaikan. Astra sendiri kan juga penjualannya mengalami kenaikan," ujarnya, Jumat (16/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data BEI, indeks sektor konsumsi barang dan jasa naik 1,26 persen menjadi 2.462,065 jika dibandingkan dengan pekan lalu 2.431,242. Sementara itu, untuk ada tiga indeks sektor lainnya yang juga menguat, yaitu sektor infrastruktur yang menguat 0,003 persen, sektor keuangan 0,12 persen, dan sektor manufaktur 0,19 persen.

Adapun, enam sektor lainnya mengalami penurunan, terutama sektor pertambangan yang turun 4,59 persen menjadi 1.132,628 jika dibandingkan pekan lalu 1.184,669. Sedangkan, lima sektor lainnya, seperti agrikultur turun 1,42 persen, industri dasar turun 0,88 persen, aneka industri 2,84 persen, properti turun 0,90 persen dan perdagangan turun 0,70 persen.

Edwin menerangkan, sektor pertambangan mengalami penurunan tertinggi dikarenakan oleh penurunan harga logam bila dibandingkan sejak pekan awal ini. Ia mencontohkan, harga nikel turun menjadi US$10.080 per ton jika dibandingkan dengan awal pekan yang masih berada di harga sekitar US$9.700 per ton.

Kemudian untuk sektor energi, khususnya minyak mentah juga turun jika dibandingkan awal pekan, di mana harga minyak mentah saat ini tercatat US$43,9 per barel. Padahal, awal pekan masih di posisi US$46,06 per barel.

"Jadi, penurunan sektor tambang ini, karena turunnya harga sektor logam dan energi, tapi dalam hal ini minyak ya, karena kalau batu bara sendiri terjadi kenaikan. Kalau awal pekan harganya US$60,35 per ton, terakhir saya lihat US$61,1 per ton," ungkap Edwin.

Untuk pekan depan, lanjut Edwin, diprediksi indeks sektoral masih akan dipimpin oleh sektor konsumsi dan barang. Selain itu, saham dari industri pakan ternak dan otomotif juga diprediksi akan bergerak positif pada pekan depan.

"Masih akan dimotori konsumsi, lalu kedua pakan ternak, otomotif, dan telekomunukasi. Saham-saham itu bagus untuk dikoleksi pekan depan karena secara valuasi saham-saham tersebut masih atraktif untuk dikoleksi. Nah, untuk tambang masih stagnan sepertinya," pungkasnya. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER