Bank MNC Urung Write Off Meski Kredit Bermasalah Naik

CNN Indonesia
Kamis, 22 Sep 2016 06:24 WIB
Perusahaan menyatakan hal ini disebabkan rasio NPL saat ini masih dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, yakni tidak lebih dari 5 persen.
Perusahaan menyatakan hal ini disebabkan rasio NPL saat ini masih dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, yakni tidak lebih dari 5 persen. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank MNC International Tbk mencatat kenaikan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada posisi saat ini jika dibandingkan dengan NPL sepanjang tahun 2015. Kenaikan ini baik dari segi NPL gross dan nett.

Menurut Direktur Utama Bank MNC Benny Purnomo, posisi NPL gross saat ini sebesar 3,4 persen, sedangkan untuk NPL net sekitar 3 persen. Sementara itu, sepanjang tahun 2015, NPL gross turun dari 5,88 persen menjadi 2,97 persen. Sementara itu, NPL nett juga turun dari 3,86 persen menjadi 2,43 persen.

Kendati terjadi kenaikan NPL, tetapi perusahaan masih belum memiliki rencana untuk melakukan penghapusan kredit bermasalah (write off) dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan rasio NPL saat ini masih dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni tidak lebih dari 5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tidak ada urgensi untuk melakukan write off, karena masih dalam ketentuan OJK. Jadi kalau dilihat, kami belum ada rencana untuk menekan NPL itu,” ungkap Benny, Rabu (21/9).

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam dua tahun terakhir perusahaan telah melakukan write off dengan jumlah Rp100 miliar demi menekan rasio NPL. Untuk ke depannya, perusahaan masih akan melihat kondisi kredit ke depan.

Hingga pertengahan semester tahun ini, penyaluran kredit secara outstanding tumbuh Rp500 miliar menjadi Rp7,6 triliun. Perolehan ini meningkat 8,5 persen jika dibandingkan dengan total penyaluran kredit per Desember 2015 yakni, Rp7 triliun.

Benny menyatakan, Bank MNC menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit pada semester II 2016 sebesar Rp500 miliar lagi. Sehingga, jika dijumlah dengan pertumbuhan semester I 2016 ini, maka totalnya menjadi Rp1 triliun.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER